Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pekerjaan Rumah Presiden Terpilih

Kompas.com - 08/05/2014, 07:16 WIB

Oleh Tata Mustasya

KOMPAS.com - BELUM berhasilnya pemerintahan setelah Reformasi 1998 untuk memberikan arah menuju perekonomian dengan fondasi yang kuat bukan karena pemerintah kurang bekerja. Sebaliknya, terlalu banyak hal yang ingin dilakukan, termasuk aneka kebijakan populis, tetapi minim fokus. Pekerjaan wajib yang semestinya selesai dalam 16 tahun pun malah terbengkalai.

Adam Smith menyebutkan beberapa pekerjaan yang menjadi tugas negara yang bisa jadi acuan bagi presiden terpilih nanti. Tidak banyak, yakni keamanan, menjaga keteraturan, membangun infrastruktur, dan menyelenggarakan pendidikan. Semua itu untuk membuat aktivitas ekonomi—dalam bentuk pertukaran barang dan jasa—berjalan tanpa hambatan dan lebih efisien.

Konteks Indonesia

Terlepas dari ideologi ekonomi yang dianut, anjuran Smith itu menemukan relevansinya dalam konteks Indonesia sekarang. Anjuran tersebut di satu sisi akan membantu presiden terpilih dalam memfokuskan agenda pembangunan ekonomi dan di sisi lain berdampak positif luas, termasuk bagi kelompok marjinal.

Kegagalan untuk menjamin keamanan, menjaga keteraturan, membangun infrastruktur, dan mempromosikan pendidikan akan menjebak Indonesia ke dalam sebuah lingkaran setan. Maka, alih-alih bergerak maju, Indonesia justru hanya jadi negara kelas medioker di bidang ekonomi.

Di tataran praktis, presiden harus mengutamakan pengawasan langsung pada aspek- aspek di atas, sementara kebijakan lainnya dapat lebih didelegasikan.

Realitasnya, peran negara ini tidak dijalankan dalam ruang hampa politik. Belajar dari pengalaman Presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono, terdapat beberapa tantangan yang lebih dahulu harus dihadapi untuk bisa menjalankan tugas pokok negara tersebut.

Pertama, mengatasi fragmentasi kebijakan sebagai implikasi pelaksanaan desentralisasi. Sinergi kebijakan antartingkat pemerintahan, sebagai contoh, wajib dipenuhi dalam pembangunan infrastruktur yang memungkinkan seluruh wilayah Indonesia terintegrasi secara ekonomi.

Fragmentasi kebijakan ini diperburuk oleh distribusi kekuatan politik yang relatif merata setelah reformasi. Partai Demokrat sebagai pemenang Pemilu 2009 dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai pemenang Pemilu 2014, misalnya, hanya mendapat sekitar 20 persen suara.

Hal ini menyebabkan biaya transaksi koordinasi kebijakan antartingkat pemerintahan jadi tinggi pada saat presiden dan kepala daerah berasal dari partai politik yang berbeda.

Tantangan kedua, belum kuatnya dukungan publik secara luas, terutama kelas menengah, dalam pengambilan kebijakan untuk mengimbangi kelompok kepentingan tertentu.

Sedikit banyak hal ini terkait dengan masih relatif rendahnya pendidikan dan pendapatan sebagian besar masyarakat yang berdampak pada kesulitan mengakses informasi dan menyampaikan aspirasi.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa penduduk berusia 15 tahun ke atas yang hanya berpendidikan sekolah dasar atau di bawahnya masih mencapai 47 persen pada 2012.

Tantangan ketiga yang harus dihadapi presiden mendatang adalah budaya percaloan yang kental dalam lembaga pemerintahan, baik eksekutif, yudikatif, maupun legislatif. Usaha untuk menciptakan keteraturan, misalnya, pasti berbenturan dengan kepentingan para calo tersebut.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Polri Lanjutkan Tugas Satgas Pengamanan untuk Prabowo

Nasional
Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Menhan AS Telepon Prabowo Usai Penetapan KPU, Sampaikan Pesan Biden dan Apresiasi Bantuan Udara di Gaza

Nasional
Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Terima Nasdem, Prabowo: Surya Paloh Termasuk yang Paling Pertama Beri Selamat

Nasional
Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Partai Pendukung Prabowo-Gibran Syukuran Mei 2024, Nasdem dan PKB Diundang

Nasional
MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

MKMK: Hakim MK Guntur Hamzah Tak Terbukti Langgar Etik

Nasional
Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Ratusan Bidan Pendidik Tuntut Kejelasan, Lulus Tes PPPK tapi Dibatalkan

Nasional
Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com