Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sama-sama Tersandera Masa Lalu, Duet Prabowo-Ical Dinilai Salah

Kompas.com - 07/05/2014, 10:14 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Pengamat politik dari Universitas Indonesia Ari Junaedi mengingatkan, bakal calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto jangan sampai salah memilih bakal calon wakil presiden yang menjadi pasangannya pada Pemilu Presiden 9 Juli 2014. Jika Prabowo salah memilih pasangan, maka akan membuat elektabilitasnya kalah saing dengan bakal capres dari PDI-P Joko Widodo alias Jokowi.

Ari menyatakan, jika Prabowo menggandeng Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical sebagai bakal cawapres, maka justru akan membuat elektabilitasnya turun.

Dalam matematika politik, kata Ari, satu ditambah satu, maka hasilnya bisa menjadi lima. Namun, dalam penjumlahan Prabowo dengan Ical, menurutnya, hasilnya bisa menjadi satu atau malah akan minus. Kondisi ini terjadi karena ada dua kutub negatif yang dipersatukan.

Menurut Ari, kondisinya akan berbeda jika Prabowo dipasangkan dengan nama kader Golkar selain Ical. "Jika memilih kader Golkar yang tepat maka akan bisa membuat elektabilitas Prabowo meningkat," katanya di Jakarta seperti dikutip dari Antara.

Perkawinan paksa Gerindra dengan Golkar, kata dia, disebabkan kedua parpol itu membutuhkan teman untuk berkoalisi.

"Persoalannya, baik Aburizal Bakrie maupun Prabowo masih tersandera dengan kasus masa lalu. Aburizal tersandera kasus Lapindo sedangkan Prabowo masih dikait-kaitkan dengan isu pelanggaran HAM," katanya.

Ia menambahkan, rapat silaturahim ormas dan sayap Partai Golkar serta kesepakatan yang ditelurkan terkait penggodokan enam tokoh potensial seperti Jusuf Kalla, Akbar Tandjung, Luhut Panjaitan, Ginandjar Kartasasmita, Agung Laksono, dan Priyo Budi Santoso sebagai bakal cawapres, sebenarnya sudah merupakan langkah bagus.

Hal sama disampaikan pengamat politik dari Charta Politika Yunarto Wijaya. Ia menyatakan, pasangan Prabowo-Ical seperti kartu mati karena sulit menghindar dari persepsi negatif publik yang berkembang selama ini.

"Pasangan Prabowo-Aburizal Bakrie berpotensi menjadi antiklimaks apabila tidak bisa menanggulangi beberapa persepsi negatif yang muncul," kata Yunarto.

Sejumlah kelemahan ini adalah Prabowo-Aburizal sama-sama sulit diterima publik secara luas dan mereka bukan kombinasi sosok yang sama-sama diidolakan oleh rakyat. "Kalau mereka berduet maka menjadi keuntungan tersendiri bagi Joko Widodo," katanya.

Jika dipersepsikan sebagai kombinasi masa lalu, maka Joko Widodo akan diuntungkan karena dia akan ditempatkan sebagai tokoh alternatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Sumber Antara
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

PDI-P Tak Pecat Jokowi, Komarudin Watubun: Kader yang Jadi Presiden, Kita Jaga Etika dan Kehormatannya

Nasional
Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Menko Polhukam: 5.000 Rekening Diblokir Terkait Judi Online, Perputaran Uang Capai Rp 327 Triliun

Nasional
Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Golkar Sebut Pembicaraan Komposisi Menteri Akan Kian Intensif Pasca-putusan MK

Nasional
KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

KPU: Sirekap Dipakai Lagi di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Pasca-Putusan MK, Zulhas Ajak Semua Pihak Bersatu Wujudkan Indonesia jadi Negara Maju

Nasional
Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Temui Prabowo di Kertanegara, Waketum Nasdem: Silaturahmi, Tak Ada Pembicaraan Politik

Nasional
Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Momen Lebaran, Dompet Dhuafa dan Duha Muslimwear Bagikan Kado untuk Anak Yatim dan Duafa

Nasional
Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk 'Distabilo' seperti Era Awal Jokowi

Deputi KPK Minta Prabowo-Gibran Tak Berikan Nama Calon Menteri untuk "Distabilo" seperti Era Awal Jokowi

Nasional
Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Usul Revisi UU Pemilu, Anggota DPR: Selama Ini Pejabat Pengaruhi Pilihan Warga Pakai Fasilitas Negara

Nasional
KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

KPU Mulai Rancang Aturan Pemutakhiran Daftar Pemilih Pilkada 2024

Nasional
Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Waketum Nasdem Ahmad Ali Datangi Rumah Prabowo di Kertanegara

Nasional
Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Sebut Hak Angket Masih Relevan Pasca-Putusan MK, PDI-P: DPR Jangan Cuci Tangan

Nasional
Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Bicara Posisi Politik PDI-P, Komarudin Watubun: Tak Harus dalam Satu Gerbong, Harus Ada Teman yang Mengingatkan

Nasional
Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Anggota Komisi II DPR Nilai Perlu Ada Revisi UU Pemilu Terkait Aturan Cuti Kampanye Pejabat Negara

Nasional
Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com