"Jadi, walau poros Demokrat terbentuk, namanya bukan poros kempat karena porosnya hanya ada tiga. Yang kemungkinan besar tergusur adalah poros Gerindra atau poros Golkar," kata Heri dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (1/5/2014) siang.
Jika hal itu terjadi, Heri memprediksi akan terjadi "kawin paksa" antara Partai Golkar dan Partai Gerindra demi bisa melewati ambang batas pencalonan presiden. Sesuai UU Pemilihan Presiden, partai politik atau gabungan partai politik bisa mengajukan pasangan capres dan cawapres jika meraih 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara nasional.
Apalagi, lanjut Heri, bakal capres dari Partai Golkar Aburizal Bakrie dan bakal capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto sudah melakukan komunikasi politik sebelumnya. Nantinya, Golkar dan Gerindra hanya mendiskusikan siapa yang harus mengalah menjadi cawapres.
"Kawin paksa itu persis seperti yang terjadi tahun 2009, PDI-P dan Gerindra akhirnya berkoalisi karena perolehan suaranya tidak cukup," tambah Heri.
Saat itu, PDI-P dan Gerindra berkoalisi dengan mengusung pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo. Namun, menurut Heri, poros Demokrat tidak akan banyak memengaruhi poros yang dibentuk oleh PDI-P. Pasalnya, koalisi yang dibangun PDI-P bersama Nasdem telah mencukupi syarat untuk mengajukan pasangan capres dan cawapres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.