"Di Youtube, Pak SBY sudah tanggapi kemungkinan ini hanya bahan olok-olok. Artinya dia tidak bersedia. Kalau alasannya membimbing, apa iya harus jadi wapres?" kata Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo saat ditemui di kediamannya, Jumat (25/4/2014).
Pramono pun sependapat dengan SBY yang menolak usulan menjadi cawapres tersebut. Dia meyakini kakak iparnya itu benar-benar tak berminat maju sebagai bakal calon wakil presiden.
Menurut Pramono, seorang penguasa tidak boleh lama-lama memangku kekuasaan. "Tidak boleh lama-lama, nanti jadi otoriter. Apalagi, sudah dua kali terpilih, terkesan tidak mau kehilangan jabatan. Tidak baik," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
Hal senada juga disampaikan Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan. Dia menilai wacana itu tak mungkin terwujud. Sejak awal, kata dia, SBY adalah seseorang yang mengedepankan etika politik. "Dari dulu itu sudah secara eksplisit disampaikan, beliau ingin memberikan pembelajaran etika politik yang baik," ujar dia.
Partai Demokrat diperkirakan dapat memperoleh 10 persen suara dari Pemilu Legislatif 2014. Dengan acuan tersebut, Partai Demokrat dinilai bisa membangun poros koalisi sendiri serta mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum pun menilai kunci kesuksesan Demokrat ada pada pengusungan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sebagai cawapres.
"Capres siapa pemenangnya (dari Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat), bisa saja dipasangkan dengan Pak SBY," kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (24/4/2014). Dia pun berpendapat SBY adalah tokoh yang tinggi elektabilitasnya bila diusung menjadi cawapres.
"Misalnya kalau pemenangnya Pak Dahlan, ya Pak Dahlan berpasangan dengan Pak SBY. Kalau yang menang misalnya Pak Marzuki Alie, Pak Marzuki dengan Pak SBY, Pak Irman Gusman misalnya dengan Pak SBY, atau Pak Anis Baswedan misalnya dengan Pak SBY, jadi ini semangat untuk membangun poros sendiri," papar Anas seusai diperiksa sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Hambalang.
Anas mengatakan pembentukan poros koalisi oleh Partai Demokrat ini penting untuk dilakukan. "Sepuluh persen itu kan modal yang kuat untuk mengajak partai-partai lain berkoalisi. Bukan didekati semangatnya, tetapi mendekati. Membangun koalisi, bukan didekati," ucap Anas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.