Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Elite Demokrat Tolak Usul Anas untuk Usung SBY Jadi Cawapres

Kompas.com - 26/04/2014, 05:07 WIB
Sabrina Asril

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Usulan agar Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono maju menjadi bakal calon Presiden langsung ditolak mentah-mentah para elite partai penguasa itu. Usul tersebut sebelumnya dilontarkan mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum.

"Di Youtube, Pak SBY sudah tanggapi kemungkinan ini hanya bahan olok-olok. Artinya dia tidak bersedia. Kalau alasannya membimbing, apa iya harus jadi wapres?" kata Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo saat ditemui di kediamannya, Jumat (25/4/2014).

Pramono pun sependapat dengan SBY yang menolak usulan menjadi cawapres tersebut. Dia meyakini kakak iparnya itu benar-benar tak berminat maju sebagai bakal calon wakil presiden.

Menurut Pramono, seorang penguasa tidak boleh lama-lama memangku kekuasaan. "Tidak boleh lama-lama, nanti jadi otoriter. Apalagi, sudah dua kali terpilih, terkesan tidak mau kehilangan jabatan. Tidak baik," kata mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.

Hal senada juga disampaikan Ketua Harian Partai Demokrat Syarief Hasan. Dia menilai wacana itu tak mungkin terwujud. Sejak awal, kata dia, SBY adalah seseorang yang mengedepankan etika politik. "Dari dulu itu sudah secara eksplisit disampaikan, beliau ingin memberikan pembelajaran etika politik yang baik," ujar dia.

Partai Demokrat diperkirakan dapat memperoleh 10 persen suara dari Pemilu Legislatif 2014. Dengan acuan tersebut, Partai Demokrat dinilai bisa membangun poros koalisi sendiri serta mengusung pasangan calon presiden dan wakil presiden.

Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum pun menilai kunci kesuksesan Demokrat ada pada pengusungan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono sebagai cawapres.

"Capres siapa pemenangnya (dari Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat), bisa saja dipasangkan dengan Pak SBY," kata mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum, di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta, Kamis (24/4/2014). Dia pun berpendapat SBY adalah tokoh yang tinggi elektabilitasnya bila diusung menjadi cawapres. 

"Misalnya kalau pemenangnya Pak Dahlan, ya Pak Dahlan berpasangan dengan Pak SBY. Kalau yang menang misalnya Pak Marzuki Alie, Pak Marzuki dengan Pak SBY, Pak Irman Gusman misalnya dengan Pak SBY, atau Pak Anis Baswedan misalnya dengan Pak SBY, jadi ini semangat untuk membangun poros sendiri," papar Anas seusai diperiksa sebagai tersangka kasus dugaan korupsi Hambalang.

Anas mengatakan pembentukan poros koalisi oleh Partai Demokrat ini penting untuk dilakukan. "Sepuluh persen itu kan modal yang kuat untuk mengajak partai-partai lain berkoalisi. Bukan didekati semangatnya, tetapi mendekati. Membangun koalisi, bukan didekati," ucap Anas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

Nasional
Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Nasional
Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Nasional
Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Nasional
PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

Nasional
Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Nasional
Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Dana Zizwaf Selama Ramadhan 2024 Meningkat, Dompet Dhuafa: Kedermawanan Masyarakat Meningkat

Nasional
MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

MK Diprediksi Bikin Kejutan, Perintahkan Pemungutan Suara Ulang di Sejumlah Daerah

Nasional
Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Menakar Nasib Ketua KPU Usai Diadukan Lagi ke DKPP Terkait Dugaan Asusila

Nasional
Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Tak Lagi Solid, Koalisi Perubahan Kini dalam Bayang-bayang Perpecahan

Nasional
TPN Ganjar-Mahfud Sebut 'Amicus Curiae' Bukan untuk Intervensi MK

TPN Ganjar-Mahfud Sebut "Amicus Curiae" Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com