JAKARTA, KOMPAS.com -- Perseteruan antara pihak Partai Gerindra dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) paling banyak mencuat menjelang pemilu legislatif 9 April mendatang. Namun, perseteruan itu lebih banyak menyinggung soal bakal capres yang akan diusung pada pemilu presiden 2014.
Hal itu menjadi pertanyaan dalam wawancara pihak Biro Pers Kepresidenan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang diunggah ke YouTube, Minggu (6/4/2014).
"Yang paling runcing dan paling keras adalah kampanye antara kubu Prabowo dan kubu Megawati. Sepertinya kubu Prabowo menganggap Ibu Megawati ingkar janji. Apa pendapat Bapak?" demikian pertanyaan yang diajukan kepada Presiden.
Awalnya, SBY mengatakan lebih bagus dirinya tidak berkomentar. Pasalnya, Megawati yang bisa menjelaskan perihal tuduhan ingkar janji itu. Belakangan, SBY menyarankan Ketua Umum DPP PDI Perjuangan itu untuk memberikan penjelasan kepada publik.
"Kalau Pak Prabowo berkata seperti itu, berikanlah penjelasan kepada pubik yang gamblang. Dengan demikian, rakyat mendengarkan informasi yang benar. Saya harus berhenti di situ karena itu yang paling baik bagi saya dan tentu paling baik bagi rakyat untuk mendengarkan apa yang sesungguhnya terjadi," ucap SBY.
Perseteruan antara Prabowo dan Megawati mencuat setelah Megawati menetapkan Joko Widodo alias Jokowi sebagai bakal capres PDI-P. Pihak Gerindra menyinggung kembali perjanjian Batu Tulis yang dibuat antara PDI-P dan Gerindra ketika menghadapi Pilpres 2009.
Salah satu poin perjanjian itu berisi bahwa Megawati mendukung Prabowo menjadi calon presiden pada Pilpres 2014. Namun, pihak PDI-P menganggap perjanjian tersebut tidak berlaku lantaran pasangan Megawati-Prabowo kalah pada Pilpres 2009.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.