Jika dilihat dari latar belakang Khofifah yang akan membawa gerbong Nahdlatul Ulama dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Ikrar menilai, keduanya bisa disatukan. Hal ini terlihat dari kedekatan PDI-P dan NU pada masa Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
Dengan merangkul tokoh NU, sebut Ikrar, PDI-P juga bisa menambah kekuatannya di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Terlebih lagi, lanjutnya, politisi PDI-P sebenarnya memiliki hubungan dengan NU. Misalnya, Gubernur Jawa Tengah yang berasal dari PDI-P. Ganjar Pranowo adalah anak seorang kiai NU di Jawa Tengah.
"Jadi barangkali di sana ada kenyamanan ideologis dan basis konstituen. Saya sangat setuju kalau Megawati kali ini lebih condong memilih perempuan," ucap Ikrar.
Pilihan terhadap Khofifah juga dianggap lebih memungkinkan dibandingkan sosok mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Menurut Ikrar, Sri Mulyani tidak memiliki ideologi yang sama dengan PDI-P.
Sejak Jokowi menyatakan siap maju sebagai bakal calon presiden dari PDI-P, sejumlah kandidat calon wapres yang dianggap layak mendampinginya bermunculan. Selain Khofifah, muncul pula nama Jusuf Kalla.