JAKARTA, KOMPAS.com – Tindakan kekerasan yang menimpa sejumlah kader partai politik, baik partai lokal maupun partai nasional di Aceh menjelang pemilu legislatif dinilai bukan tindakan yang direncanakan. Menurut Panglima TNI Jenderal (TNI) Moeldoko, kekerasan yang belakangan terjadi di Aceh merupakan aksi spontanitas.
“Kita memiliki operasi intelijen dan teritorial. Kenapa kok masih muncul (kekerasan)? Karena yang kita dapatkan semuanya berjalan spontanitas,” kata Moeldoko saat acara "Coffe Morning" Bersama Panglima TNI dan Media di Mabes TNI, Cilangkap, Jumat (4/4/2014).
Moeldoko mengatakan, sejak enam bulan terakhir, seluruh jajaran TNI telah bekerja keras untuk menciptakan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Salah satunya dengan menerjunkan pasukan ke sejumlah wilayah untuk menyita senjata api ilegal yang beredar di masyarakat.
Seperti di Ambon, kata dia, pihaknya mengamankan 27 pucuk senjata api organik. Di tempat lain, seperti Papua, TNI mengamankan 27 pucuk senjata api baik organik maupun rakitan dan 22 pucuk di Aceh.
“Saya juga memerintahkan kepada para Pangkotama (Panglima Komando Utama) untuk melakukan pendekatan secara persuasif maupun metodologi lain sehingga senjata lain akan bisa ditarik,” ujarnya.
Ia menambahkan, untuk pengamanan pemilu kali ini, TNI mengerahkan 30 ribu prajurit yang disebar di seluruh wilayah Indonesia. Namun, mereka hanya akan bergerak jika kepolisian memerlukan bantuan.
“Pasukan lain di luar 30 ribu itu tetap stand by di asrama-asrama mereka. Saya sudah perintahkan melalui surat siaga, jika memang dibutuhkan pasukan lebih, pasukan atau prajurit yang ada di asrama kita akan langsung dikerahkan,” ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.