KOMPAS.com - KETIKA ditanya mengapa menciptakan lagu dan liriknya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, antara lain, beberapa kali mengatakan, ”lagu itu adalah sebagai soft power” (kekuatan nonfisik).
Maka, dalam pertemuan dengan pers Indonesia di Den Haag, Belanda, Rabu (26/3), Wakil Presiden Boediono, antara lain, mengatakan ”bangga” atas penampilan soprano Indonesia, Bernadeta Astari, di upacara pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Keamanan Nuklir di Belanda, Senin pekan lalu.
Dalam acara montase seni pertunjukan yang disaksikan para pemimpin negara dan pemerintahan negara-negara di dunia itu, Bernadeta yang akrab dipanggil Deta (26) mengeluarkan suara soprannya yang membuat hadirin, termasuk Presiden Amerika Serikat Barack Obama, terpana. Deta adalah mahaduta Indonesia.
Deta melengkingkan suaranya yang lembut dengan iringan gesekan biola, paduan suara, dan montase video. Suara Deta di forum internasional ini merupakan kekuatan nonfisik yang bisa memberikan keheningan tersendiri pada gema ketakutan manusia akibat bahaya kekuatan nuklir yang dikhawatirkan bisa digunakan oleh seseorang atau kelompok orang yang disebut-sebut dalam pertemuan ini sebagai ”teroris”.
Sebagian suara dari KTT Keamanan Nuklir secara langsung atau tidak langsung mengetengahkan adanya ketakutan terhadap nuklir dan terorisme. Suara Deta adalah penyeimbang dari ketakutan itu. Suara Deta adalah soft power yang mengumandangkan optimisme dan keindahan bahwa dunia ini bukan hanya ketakutan dan kekhawatiran, melainkan juga keindahan. Siapa tahu, manusia yang disebut teroris itu juga bisa merasakan keindahan itu dan membatalkan godaan untuk membuat dunia dihantam ledakan bom nuklir.
”Kalau begitu, saya bangga terhadap Deta,” kata Wapres Boediono yang baru saja menerima Medali Prince Willem Van Oranje atas jasanya membangun dan demokrasi di Indonesia.
Medali sebagai penghargaan tertinggi dari Universitas Leiden itu diserahkan Rektor Universitas Leiden Profesor Carl Stolker di sebuah aula di universitas terpandang di dunia itu. Medali semacam itu pernah diberikan kepada Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon.
Di aula universitas itu pula, Pak Boed menyampaikan orasi bidang ekonomi dan sosial di depan para tokoh universitas dan sejumlah mahasiswa, termasuk mahasiswa dari Indonesia. Orasi ini mendapat sambutan hangat dari hadirin. ”Pak Boediono bukan hanya sebagai wakil presiden, melainkan juga tetap sebagai seorang guru yang baik,” ujar Stolker dalam sambutannya sebelum menyerahkan medali itu.
Di kampus tersebut, Wapres juga meresmikan kehadiran patung Hussein Djajadiningrat, ahli hukum dari Indonesia yang mendapat gelar doktor dari Universitas Leiden tahun 1813.
Kembali soal munculnya Deta di acara pembukaan KTT Keamanan Nuklir di Belanda. ”Saya baru tahu sekarang, Deta dari Indonesia,” kata Wapres dalam jumpa pers dua hari setelah pembukaan KTT Keamanan Nuklir Ke-3 itu. (J Osdar)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.