Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Sebutan Capres "Boneka" untuk Jokowi Tidak Beralasan

Kompas.com - 29/03/2014, 13:22 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerhati komunikasi politik, Hamdi Muluk, meragukan penilaian terhadap Joko Widodo, yang disebut sebagai calon presiden "boneka" bagi Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Menurut Hamdi, Jokowi bukan tipe pemimpin yang mudah dipengaruhi.

Hamdi mengatakan, melesatnya kiprah Jokowi di panggung politik disebabkan tingginya modal sosial yang dimiliki oleh Gubernur DKI Jakarta tersebut. Modal sosial itu juga menyebabkan Jokowi memiliki posisi tawar yang kuat di internal dan eksternal partainya. Hal itulah yang mendasari dikeluarkannya mandat Megawati agar Jokowi menjalankan tugas sebagai bakal capres PDI-P.

"Secara akademik, (penilaian) ini enggak beralasan. Enggak akan mungkin orang masuk ke politik kalau enggak punya power dan bargaining," kata Hamdi, Sabtu (29/3/2014), di Jakarta.

Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia itu menyebutkan, munculnya penilaian bahwa Jokowi hanya akan menjadi "boneka" sangat wajar jelang bergulirnya waktu pemilihan umum. Secara teori, kata dia, pelaku politik akan menjatuhkan lawan politiknya ketika tak mampu lagi menyampaikan sisi baik pribadinya. Dalam politik, kata Hamdi, selalu ada ruang yang menciptakan ketegangan. Akan tetapi, semuanya harus disikapi jernih karena politik bukan tentang hubungan satu orang dengan satu orang, melainkan hubungan mufakat yang melibatkan orang banyak.

"Politik itu seni memunculkan kemungkinan tertentu. Yang bisa bermain di situ hanya aktor yang memiliki bargaining mencukupi," ujarnya.

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal DPP PDI-P Tjahjo Kumolo meminta seluruh juru kampanye tidak terpancing oleh penyebutan capres "boneka". Ia menegaskan, semua pihak berhak menyindir. PDI-P akan memberikan tanggapan serius ketika sindiran itu secara jelas menyebut nama PDI-P atau bakal capresnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI Siapkan 2 Skema di Gaza, Dirikan RS Lapangan dan Bawa Pasien ke Indonesia

TNI Siapkan 2 Skema di Gaza, Dirikan RS Lapangan dan Bawa Pasien ke Indonesia

Nasional
Saat PDI-P Gelar Wayangan, Ceritanya tentang Raja Pembangkang yang Kerap Hina Pendidiknya...

Saat PDI-P Gelar Wayangan, Ceritanya tentang Raja Pembangkang yang Kerap Hina Pendidiknya...

Nasional
Stranas PK Sebut Hampir di Setiap Kasus Korupsi Ada Pengawas Internal yang Kurang Berfungsi

Stranas PK Sebut Hampir di Setiap Kasus Korupsi Ada Pengawas Internal yang Kurang Berfungsi

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Minta Arab Saudi Tambah Kuota Haji: Di Daerah Harus Tunggu 50 Tahun

Wapres Ma'ruf Amin Minta Arab Saudi Tambah Kuota Haji: Di Daerah Harus Tunggu 50 Tahun

Nasional
Deretan Kendaraan Mewah Eks Bupati Kukar yang Disita KPK, Ada 14 Mercedes Benz, 3 BMW, dan Ducati

Deretan Kendaraan Mewah Eks Bupati Kukar yang Disita KPK, Ada 14 Mercedes Benz, 3 BMW, dan Ducati

Nasional
Panglima TNI Cek Batalyon Kesehatan Kostrad yang Disiapkan Berangkat ke Gaza

Panglima TNI Cek Batalyon Kesehatan Kostrad yang Disiapkan Berangkat ke Gaza

Nasional
Jokowi Bersama Iriana dan Jan Ethes Besepeda di CFD

Jokowi Bersama Iriana dan Jan Ethes Besepeda di CFD

Nasional
Datangi Hambalang, Gibran Diskusi Bareng Prabowo di Ruang Perpustakaan

Datangi Hambalang, Gibran Diskusi Bareng Prabowo di Ruang Perpustakaan

Nasional
Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Layanan Haji Pemerintah Arab Saudi

Wapres Ma'ruf Amin Apresiasi Layanan Haji Pemerintah Arab Saudi

Nasional
Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Siap Datangi KPK jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto Siap Datangi KPK jadi Saksi Kasus Harun Masiku

Nasional
Profil Rita Widyasari: Eks Bupati Kukar, Ikuti Jejak Ayah Korupsi Hingga Puluhan Mobil Disita KPK

Profil Rita Widyasari: Eks Bupati Kukar, Ikuti Jejak Ayah Korupsi Hingga Puluhan Mobil Disita KPK

Nasional
KPK Belum Bisa Unggah LHKPN Caleg Terpilih, Ini Sebabnya

KPK Belum Bisa Unggah LHKPN Caleg Terpilih, Ini Sebabnya

Nasional
SYL Minta Jokowi Jadi Saksi Meringankan, Istana: Tidak Relevan

SYL Minta Jokowi Jadi Saksi Meringankan, Istana: Tidak Relevan

Nasional
Jemaah Haji Tanpa 'Smart Card' Tak Bisa Masuk Armuzna pada Puncak Haji

Jemaah Haji Tanpa "Smart Card" Tak Bisa Masuk Armuzna pada Puncak Haji

Nasional
Anggap Tapera Pemaksaan, Hanura Desak Pemerintah untuk Batalkan

Anggap Tapera Pemaksaan, Hanura Desak Pemerintah untuk Batalkan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com