Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukungan Capres Diprediksi Mengerucut pada Jokowi dan Prabowo

Kompas.com - 24/03/2014, 19:45 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk memprediksi dukungan calon presiden akan mengerucut pada sosok Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Menurutnya, kedua nama tersebut tidak mungkin disatukan, sementara partai lain perlu tokoh yang kuat untuk maju dalam pemilihan presiden.

Hamdi mengatakan, kubu Jokowi dan Prabowo tidak akan berkoalisi dalam pencalonan presiden dan wakil presiden. "Prabowo sudah mulai menyerang. Sebenarnya dia tidak sebut nama, tapi kita bisa menyimpulkan, sepertinya Jokowi yang diserang," ujar Hamdi dalam Dialog Pilar Negara di Gedung MPR/DPR RI, Senin (24/3/2014).

Hamdi mengatakan, pola relasi antara Prabowo dan Jokowi cenderung negatif sehingga kecil kemungkinan keduanya bekerja sama. Kerja sama akan dilakukan dengan partai lain yang sepaham dan memiliki relasi positif.

Hamdi menilai saat ini Jokowi dan Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekaroputri berada pada kubu yang sama, yakni Megawati memiliki relasi negatif dengan Presiden RI sekaligus Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Oleh karena itu, ia menengarai Jokowi dan PDI-P tidak berkoalisi dengan pihak-pihak terkait SBY.

Hingga saat ini, Partai Demokrat belum mengusung calon presiden maupun wakil presiden. Menurut Hamdi, Demokrat dapat berkoalisi dengan partai mana saja, kecuali dengan PDI-P yang dibawahi Megawati.

Mengenai Golkar, yang mengusung Aburizal Bakrie sebagai capres, Hamdi menilai partai tersebut dapat berkoalisi dengan partai lain yang kesempatan menangnya lebih besar. Partai Golkar sejauh ini fleksibel dan terbuka, sama seperti Nasdem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Adapun partai-partai menengah ke bawah, seperti Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, PKS, Partai Persatuan Pembangunan, Nasdem, dan Partai Hati Nurani Rakyat, diprediksi akan bergabung dengan partai lain jika mereka mendapatkan suara kurang dari 20 persen.

Oleh karena itu, Hamdi menyimpulkan bahwa nantinya dukungan capres akan mengerucut pada Jokowi dan Prabowo. "Jadi kalau secara hipotesis, paling tiak ada tiga kubu, menurut saya. Tapi kalau kita kerucutkan lagi, mungkin dua kubu, artinya Jokowi (PDI-P) dan kubu Prabowo," kata Hamdi.

Meski begitu, Hamdi memprediksi akan ada kemungkinan "kotak kosong", yakni rakyat dihadapkan pada pilihan antara memilih Jokowi atau tidak memilih sama sekali. Hal itu terjadi karena Prabowo mungkin gagal mendapat koalisi dan suara partainya tidak mencapai 20 persen. Dengan kondisi semacam itu, partai-partai kemungkinan berkumpul di kubu Jokowi.

"Harusnya, kalau hari ini Pak Prabowo lantang betul, saya yakin mungkin dia dapat teman koalisi, apa pun caranya," ujar Hamdi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Koarmada I Siapkan KRI Halasan untuk Tembak Rudal Exocet

Nasional
Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Yusril: Tak Ada Bukti Kuat Kubu Prabowo-Gibran Curang di Pilpres 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com