Boni menilai, untuk mencari pendamping Jokowi, tak harus mempermasalahkan tua-muda, sipil-militer, ataupun Jawa-Sumatera. Menurut dia, memasangkan capres-cawapres dengan cara seperti itu sudah kuno. Ia lebih menekankan pada aspek-aspek kualitatif dalam mencari pasangan untuk Jokowi.
Selain visi-misi yang sama, Boni megatakan, ada enam aspek lainnya yang harus dipertimbangkan. Pertama, kata Boni, dia harus orang yang memiliki rekam jejak bersih.
"Kedua, dia juga harus berani dan tegas seperti Ahok sekarang. Jokowi ini kan mungkin karena orang Jawa masih ada sikap lembutnya, jadi memang harus didampingi dengan orang yang keras," kata Boni.
Ketiga, lanjut dia, pendamping Jokowi harus tipe seorang pekerja. Dengan begitu, kata dia, gaya kerja Jokowi saat ini yang cepat tanpa banyak berpikir dan melakukan rapat tetap bisa diteruskan.
"Keempat, cawapresnya nanti tidak boleh dominan mengatur Jokowi. Jangan sampai Jokowi hanya dijadikan sebagai 'boneka' setelah terpilih nanti," ujar dia.
Kelima, cawapres Jokowi juga, kata Boni, harus mendapat dukungan penuh dari publik layaknya Jokowi. Dia tidak boleh hanya dipilih karena keinginan PDI-P.
Terakhir, cawapres Jokowi juga tentunya, kata dia, harus ikut ditentukan oleh Jokowi sendiri. Jokowi sebagai pihak yang hendak mengemban tugas sebagai RI 1 paling mengetahui calon pendamping yang pas untuknya.