Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/03/2014, 09:52 WIB


KOMPAS.com - DESA Jepang, Kecamatan Margomulya, Bojonegoro, Jawa Timur, terletak sekitar 79 kilometer barat daya ibu kota Kabupaten Bojonegoro yang juga disebut Bojonegoro. Selasa siang, 11 Maret 2014 lalu, Bupati Bojonegoro Suyoto atau yang terkenal dengan sapaan Kang Yoto mengadakan perjalanan ke Kecamatan Margomulyo, termasuk ke Desa Jepang.

Di tengah perjalanan, Kang Yoto bercerita tentang cerita rakyat Bojonegoro, Anglingdharma. Nama ini juga dipakai untuk salah satu ruang pertemuan di kantor Kabupaten Bojonegoro. Dalam legenda ini, Anglingdharma adalah seorang raja yang sakti, gagah, dan dicintai rakyatnya. Ia punya wakil (patih) bernama Batik Madrim yang kesaktian dan kegagahannya setara dengan rajanya.

Anglingdharma dan Batik Madrim merupakan pasangan sangat ideal untuk memerintah sebuah negeri di kawasan Bojonegoro ini. Pasangan ini dicintai rakyat mereka. Kedua tokoh tersebut kompak dalam segala hal, kecuali dalam dunia percintaan.

Perempuan yang sama

Anglingdharma dan Batik Madrim sama-sama jatuh cinta kepada seorang perempuan bernama Dewi Setyawati. Terjadilah perang tanding kedua tokoh itu dan dimenangi Anglingdharma. Batik Madrim menerima kekalahannya walaupun hatinya tetap mencintai Setyawati. Batik Madrim menerima kekalahan demi kestabilan pemerintahan negerinya.

Alkisah, suatu hari Setyawati minta sesuatu dari Anglingdharma. Apabila permintaan itu dipenuhi, Anglingdharma akan melanggar sumpahnya sebagai seorang pemimpin negara, pemerintahan, dan bangsa. Karena permintaan ditolak, Setyawati bunuh diri. Setelah mendapat inspirasi dari seekor kambing jantan yang tidak mau bunuh diri untuk mengikuti pasangannya, kambing betina, Anglingdharma memutuskan untuk tidak ikut bunuh diri bersama Setyawati. Demi bangsa dan negaranya, Anglingdharma tak bunuh diri. ”Cerita itu pelik sekali dan tidak mudah untuk diikuti. Legenda ini juga bisa menjadi renungan para pemimpin bangsa ini, termasuk para calon presiden mendatang,” ujar Kang Yoto

Sampai di Kecamatan Margomulyo, Kang Yoto menemui Menteri Koordinator Ekonomi Hatta Rajasa yang baru tiba dari Solo, Jawa Tengah. Hatta Rajasa adalah Ketua Umum Partai Amanat Nasional. Ia didampingi dua tokoh PAN, Tjatur Sapto Edy dan Djoko Susilo. Oleh Kang Yoto, yang juga Ketua DPW PAN Jawa Timur, Hatta, Tjatur, dan Djoko diajak meninjau embung (tempat penampungan air) dan jalan-jalan desa yang dibangun dengan paving.

Setelah melintasi hutan jati, Hatta, Tjatur, dan Djoko diajak Kang Yoto ke Desa Jepang untuk menemui tokoh masyarakat Samin di desa itu yang bernama Hardjo Kardi, yang sosoknya tampak sehat kekar meski berusia lebih dari 60 tahun.

Hardjo Kardi adalah salah satu tokoh masyarakat Samin yang terkenal karena punya cara tersendiri menghadapi penjajahan Belanda. Kelompok Samin yang terbentuk dari salah satu kawasan Kerajaan Majapahit itu melawan penjajah Belanda tanpa kekerasan dan menolak membayar pajak. ”Kejujuran masyarakat ini pantas menjadi cermin bagi kita semua,” kata Hatta setelah bertemu Hardjo Kardi.

Seorang tokoh budaya Bojonegoro menganjurkan seorang wartawan untuk bertanya kepada Hardjo Kardi, apakah Hatta Rajasa cocok jadi presiden atau wakil presiden. ”Mbah Hardjo Kardi itu orang sakti,” ujar budayawan itu.

Jawaban Hardjo Kardi bukan hanya untuk Hatta Rajasa, melainkan untuk semua orang yang ingin jadi presiden atau wakil presiden. ”Yen wani ojo wedi-wedi, yen wedi ojo wani-wani (Kalau berani, jangan takut-takut. Kalau takut, jangan berani-berani),” begitu jawabnya.

Hatta Rajasa diam seribu bahasa atas ucapan itu. Selamat menafsirkan sikap Hatta Rajasa. (J Osdar)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com