KOMPAS.com - ADA sate padang, mi bakso, siomay, juga tempura. Air putih, teh, dan kopi melengkapinya. Makanan itu, menjadi pembuka dialog antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan para pemimpin redaksi, di Jakarta, Senin (10/3).
SBY yang malam itu mengenakan baju batik lengan panjang warna coklat dipadu celana panjang warna hitam terlihat segar dan rileks. ”Saya duduk di sini ya, di tengah. Kalau duduk di sana, saya terasing,” katanya membuka dialog. Semula SBY duduk di ujung meja oval, lalu pindah ke tengah, diapit dan berhadapan dengan wartawan.
Chairul Tanjung, yang mengawal dan sekaligus tuan rumah dialog itu, mengatakan, ”Malam ini, Pak SBY berdialog sekaligus sebagai Presiden dan Ketua Umum Partai Demokrat.”
”Saya bukan peramal. Saya hanya ingin berbagi apa yang pernah saya alami,” kata SBY ketika bicara tentang pemilu.
SBY mengatakan, ”Menurut bacaan saya, so far, (pemilu legislatif) tidak akan memunculkan satu pun partai politik yang sangat dominan, kecuali ada perubahan radikal.” Tidak jelas yang dimaksudkan ”perubahan radikal” itu.
SBY memprediksi, perolehan suara akan lebih terdistribusi. Perolehan suara partai besar menurun, partai menengah dan kecil akan naik. ”I maybe wrong (saya mungkin salah). Tapi, politik itu politik,” katanya.
Benar, politik itu politik. Dalam politik, segala kemungkinan bisa terjadi. Ada yang mengatakan, dalam politik satu tambah satu tidak selalu dua. Karena itu, politisi Prusia-Jerman, Otto von Bismarck (1815-1898), pernah mengatakan, ”Politik adalah seni kemungkinan.”
Hal sama, menurut bacaan SBY, juga terjadi dalam pemilihan presiden. Tanpa menyebut satu pun nama dari survei yang menghiasi media, SBY sambil tersenyum mengatakan, ”Mereka semua punya peluang, tetapi belum certain (pasti).”
”There are many possibility, banyak skenario yang akan terjadi. Belum ada yang akan saya endorse, harus nunggu nominasi setelah pemilu legislatif. Tentu ada analisis, tetapi kurang elok kalau saya sampaikan. Saya punya bacaan,” kata SBY.
Memang kurang elok kalau SBY mengungkapkan bacaannya. Bahkan, SBY belum tahu siapa dari 11 peserta konvensi Demokrat yang akan maju sebagai capres. ”Kalau perolehan suara Partai Demokrat di bawah 7 persen, saya tidak bisa bilang harus ada capres,” katanya.
Menutup dialog, SBY menjanjikan kepada para wartawan akan membuatkan nasi goreng. ”Tetapi, nanti setelah pemilu legislatif, biar tidak dianggap nasi goreng politik,” katanya. (ias)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.