JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Ahmad Basarah menyambut baik keinginan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) untuk berkoalisi dengan PDIP sebelum Pileg pada 9 April. Namun, Basarah mengingatkan, keinginan untuk berkoalisi itu harus datang atas dasar kebangsaan, bukan kekuasaan.
"Mungkin mereka mempertimbangkan PDI Perjuangan akan dipercaya rakyat di pemilu. Jadi wajar saja (ingin berkoalisi), sepanjang tidak bermotivasi untuk mendapatkan kue-kue kekuasaan," kata Basarah di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (10/3/2014).
Basarah menjelaskan, PDI-P memang nantinya harus berkoalisi dengan partai lainnya untuk menghadapi Pilpres. Meskipun saat ini posisi partainya sedang diatas angin dan berpeluang besar memenangi pemilu, menurut dia, PDI-P tetap tidak bisa melangkah sendirian.
"PDI Perjuangan men-declare tidak mungkin memimpin bangsa ini sendiri. Jika akan memimpin, PDI Perjuangan pasti akan mengajak kelompok masyarakat lainnya baik dari partai politik, ormas, intelektual untuk bersama-sama," ujarnya.
Basarah menambahkan, koalisi bukan suatu masalah yang besar bagi PDI-P. Pasalnya, kata dia, PDIP sebagai rumah kaum nasionalis yang bisa menerima kalangan manapun.
"PDI-P selalu men-declare sebagai rumah kaum nasionalis. Apapun aliran pemikirannya boleh masuk ke PDIP sepanjang mau menerima AD ART (Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga) Partai," ujarnya.
Seperti diberitakan, Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB Marwan Ja'far PKB berharap bisa mengonkretkan koalisi dengan PDI-P sebelum pileg. Marwan mengaku, selama ini PKB memang sudah menjalin komunikasi dengan PDI-P, tetapi masih sebatas pertemuan informal. Menurut Marwan, sejak dulu PDI-P dan PKB sudah memiliki "chemistry" yang kuat.
Presiden RI Ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), kata dia, juga memiliki hubungan yang baik dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang menjadi Wakil Presiden saat itu. Jika koalisi benar-benar terjalin, Marwan mengatakan, PDI-P dan PKB kemungkinan mengajukan calon presiden dan wakil presiden.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.