Menurut Zaki, sepeninggal Taufik Kiemas, nuansa keislaman di tubuh PDI-P meluntur. Terlebih lagi, kata dia, PKB dan PDI-P memiliki kedekatan historis pada tahun 1950-1960-an saat Nadhlatul Ulama (NU) mendukung Presiden Soekarno.
"Kosongnya sayap Islam inilah yang coba di-cover dengan kehadiran PKB," ujar Zaki.
Selain itu, menurut dia, PDI-P juga bisa menarik manfaat dari suara PKB, yaitu kelompok santri tradisional yang menjadi basis NU. Basis PKB tersebut, kata Zaki, terkonsentrasi di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur, terutama wilayah tapal kuda.
"Jadi koalisi PDI-P dengan PKB dapat menjadi perkawinan antara abangan dengan santri atau nasionalisme dengan religiusitas," katanya.
Seperti diberitakan, Ketua Dewan Pimpinan Pusat PKB Marwan Ja'far PKB berharap bisa mengonkretkan koalisi dengan PDI-P sebelum pileg. Marwan mengaku, selama ini PKB memang sudah menjalin komunikasi dengan PDI-P, tetapi masih sebatas pertemuan informal.
Menurut Marwan, sejak dulu PDI-P dan PKB sudah memiliki "chemistry" yang kuat. Presiden RI Ke-4 Abdurrahman Wahid (Gus Dur), kata dia, juga memiliki hubungan yang baik dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri yang menjadi Wakil Presiden saat itu. Jika koalisi benar-benar terjalin, Marwan mengatakan, PDI-P dan PKB kemungkinan mengajukan calon presiden dan wakil presiden.