Sutarman menyebutkan, selama ini para pelaku teror tak memiliki target yang jelas dalam aksinya.
"Target teror ini tidak jelas. Contoh di Aceh ditembakin, itu teror. Jadi kelompok orang yang bertujuan untuk membuat takut kelompok tertentu itu teror," katanya.
Tak jelasnya target pelaku teror, lanjut dia, membuat Polri menyiapkan sejumlah langkah preventif menjelang pemilu. Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan adalah menggerebek sejumlah lokasi yang dinilai menjadi tempat persembunyian teroris.
Sutarman mengungkapkan, dalam sebuah operasi penggerebekan, Polri telah memiliki standar operasional. Prosedur tersebut mengatur setiap tindakan anggota mulai dari proses negosiasi, pengepungan, hingga penembakan ke arah pelaku teror jika dianggap telah mengancam keselamatan petugas.
Selama ini, kata dia, Polri selalu berupaya untuk menangkap para terduga teroris dalam kondisi hidup. Sutarman menyebut, penembakan terhadap teroris merupakan tindakan tegas yang dilakukan petugas di lapangan.
"Ketika dihadapkan dengan pelaku terorisme yang membawa senjata, dan kami sudah mengingatkan, dan itu membahayakan jiwa petugas maupun masyarakat, baru kami lakukan tindakan-tindakan penegakan hukum yang terukur meskipun mengakibatkan korban," katanya.
Sementara itu, Sidarto berharap Polri dapat meminimalisasi korban saat penggerebekan agar tidak terjadi insiden salah tangkap yang justru akan menimbulkan korban jiwa.
"Itulah risiko yang dialami polisi, dan korban sudah cukup banyak," katanya.
Turut hadir dalam pertemuan ini, jajaran pimpinan MPR, seperti Melani Leimena Suharli, Hajriyanto Y Thohari, dan Lukman Hakim Saifuddin. Bersama Sutarman, ikut dalam rombongan di antaranya Wakapolri Komjen Pol Oegroseno, Kabareskrim Komjen Pol Suhardi Alius, dan Irwasum Polri Komjen Pol Anton Bahrul Alam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.