"Saya mau bilang, Soeharto itu penjahat negara yang sudah merusak dan membunuhi teman-teman saya. Saya adalah representasi korban penjahat tahun 1965. Kalau disebut zaman Soeharto lebih enak, ini memutarbalikkan sejarah. Nyawa sangat murah di masa Orde Baru," ujar Bedjo saat ditemui di Kompleks Parlemen, Rabu (19/2/2014).
Bedjo ditangkap dalam Operasi Tim Kalong pada 24 Oktober 1970 saat dirinya bekerja di salah satu pusat perbelanjaan ternama saat itu, Sarinah. Bedjo tiba-tiba saja diseret Tim Kalong yang dikomandoi Letnan Suprapto dan langsung dijebloskan ke dalam bui. Gara-garanya, Bedjo dituduh bagian dari Partai Komunis Indonesia akibat keterlibatannya dalam Ikatan Pelajar Pemuda Indonesia (IPPI). IPPI ketika itu mendukung kebijakan Soekarno soal Nasionalis, Agama, dan Komunis (Nasakom).
Menurut Bedjo, jika Golkar hendak mengusung kejayaan Orde Baru, seharusnya partai ini membantu proses pengungkapan kebenaran yang terjadi dalam rezim itu, dan bukannya menutupi-nutupi sejarah. Selain itu, Bedjo mengakui Partai Golkar juga perlu meminta maaf atas kekejaman rezim Orde Baru jika ingin kembali mengungkit masa itu.
"Dengan mengusung Soeharto, Golkar masih menunjukkan dirinya bagian dari Orde Baru. Saya suarakan, partai itu jangan dipilih," ujar Bedjo.
Pada usianya yang kini senja, Bedjo terus berjuang mencari keadilan. Dia menjadi Ketua Yayasan Penelitian Korban 1965-1966. Hanya satu harapannya, pemerintah dan negara harus menggelar persidangan atas kasus penculikan hingga pembunuhan yang terjadi pada masa Orde Baru.
"Walaupun Soeharto sudah meninggal, kami meminta agar ada peradilan in absentia karena kami korban 1965 merasa betul-betul menjadi korban yang sia-sia. Selama itu belum diadili, tidak akan ada kebenaran yang terungkap," ucap pria yang pernah mendekam di penjara Salemba, Cikokol, dan Gunung Sahari itu.
Golkar dan Orde Baru
Partai Golkar belakangan ini mulai menyinggung soal kejayaan Orde Baru. Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical bahkan meminta kader Partai Golkar sekaligus anggota organisasi massa yang berafiliasi di dalamnya untuk tidak malu mengakui kalau Golkar berjaya pada era Orde Baru.
Bahkan, Ical meminta mereka untuk bangga dengan masa kepemimpinan Soeharto. "Kalau ada orang tanya, Anda Orde Baru? Jawab 'ya'," kata Ical saat berpidato di acara Pelantikan Pengurus Kosgoro 1957 di Kantor DPP Golkar di Jakarta, Senin (10/2/2014) malam.
Menurut Ical, Orde Baru tidak selamanya negatif. Bahkan, Ical menilai, Orde Baru memiliki banyak nilai positif dibandingkan zaman Reformasi. Satu-satunya hal yang kurang baik dari Orde Baru, kata dia, adalah pemerintahan yang otoriter dan tertutup kepada media dan publik. Selebihnya, Orde Baru memiliki dampak positif.
"Kalau kita malu mengakui itu, kita takut mengakui itu, maka harapan yang ditangkap rakyat akan ditangkap partai lain. Jangan takut bilang Golkar Orde Baru," ujarnya.
Salah satu bukti bahwa zaman Orde Baru adalah zaman yang positif, ucap Ical, adalah dengan munculnya baju dan stiker Soeharto dengan tulisan "Enak Jamanku To?" Menurutnya, baju dan stiker tersebut adalah bukti kerinduan masyarakat terhadap sosok Soeharto dan Partai Golkar.
"Itu bukan Golkar yang membuatnya. Itu masyarakat sendiri yang buat, dan laku dijual kerinduan terhadap Pak Harto. Kerinduan terhadap Golkar sudah ada," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.