Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisruh di Internal Komisi IX DPR Terkait Dana Optimalisasi?

Kompas.com - 12/02/2014, 12:33 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Dua Wakil Ketua Komisi IX, Nova Riyanti Yusuf dan Supriyatno, akhirnya angkat bicara soal kisruh internal di tubuh komisi yang membidangi masalah kesehatan dan ketenagakerjaan itu. Supriyatno mengatakan, isu pemboikotan anggota Komisi IX terhadap pimpinan sebenarnya dilatarbelakangi masalah dana optimalisasi Kementerian Kesehatan serta Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

"Kami tahu yang dimaksud pimpinan melakukan intervensi ya soal dana optimalisasi ini. Pernyataan Saudara Poempida (Golkar) tidak sepenuhnya benar," ujar Nova dalam jumpa pers di Kompleks Parlemen, Rabu (12/2/2014).

Nova menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan mendapatkan dana optimalisasi sebesar Rp 46 triliun, sementara Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi mendapat dana optimalisasi sebesar Rp 600 miliar. Untuk Kementerian Kesehatan, kata Nova, anggaran dana optimalisasi dipisahkan dengan APBN 2014.

"Untuk Kemenkes, saya setujui APBN 2014. Tapi soal dana optimalisasi, saya tidak teken karena menunggu audit dari BPKP," ujar politisi Partai Demokrat itu.

Sementara anggaran dana optimalisasi Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, sebut Nova, disatukan dengan APBN 2014. Oleh karena itu, Nova menandatangani anggaran tersebut dengan memberikan catatan bahwa terkait dana optimalisasi menunggu hasil audit BPKP. Sedangkan Supriyatno sama sekali tidak menandatangani dana optimalisasi di dua kementerian itu.

"Apa kami salah kalau bersikap hati-hati? Apalagi dana optimalisasi ini sudah disorot media, KPK bahkan sudah memberikan surat ke sekjen-sekjen agar waspada dalam penggunaan dana optimalisasi," kata dia.

Nova menambahkan, persoalan dana optimalisasi ini semakin membuat kisruh ketika Poempida atas nama Fraksi Partai Golkar melayangkan surat kepada Menteri Kesehatan Nafisah Mbo'i. Surat itu berisi pernyataan sikap Fraksi Golkar yang akan mencabut dukungan tanda tangan terhadap persetujuan anggaran Kementerian Kesehatan tahun 2014.

"Saya tidak tahu apa maksudnya menyampaikan surat liar seperti itu. Tapi saya yakin betul, isu boikot ini karena masalah dana optimalisasi," ujar Nova.

Isu boikot

Sebelumnya, salah seorang anggota Komisi IX membenarkan ada aksi boikot anggota terhadap pimpinan komisi. Menurut dia, hal itu terjadi karena ada ketidakpuasan atas gaya kepemimpinan dua pimpinan di Komisi IX.

"Di Komisi IX ini kami melihat ada pimpinan tertentu sudah menjalankan basis penyelenggaraan di DPR tidak sesuai tata tertib UU MD3," kata Poempida di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (11/2/2014).

Beberapa bulan terakhir, kata Poempida, ada kegiatan di belakang layar yang menghambat kegiatan Komisi IX. Akan tetapi, ia tak bersedia menyebut penyebabnya secara detail. Ia menyebutkan, ada pimpinan yang kerap sesuka hati menggunakan dan membatalkan penggunaan ruangan, serta membatalkan hasil rapat tanpa sebab yang jelas sehingga tak dapat dilanjutkan pembahasannya.

Pada Selasa kemarin, rapat yang membahas RUU Kesehatan Jiwa hanya dihadiri oleh tiga anggota Komisi IX, dan dua pimpinan komisi tersebut. Rapat di Komisi IX dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi IX DPR Nova Riyanti Yusuf dan didampingi oleh Soepriyatno. Mitra kerja yang hadir adalah Wakil Menteri Kesehatan Ali Gufron, perwakilan Kementerian Dalam Negeri, dan perwakilan dari Kementerian Hukum dan HAM. Rapat yang semula dijadwalkan mulai pukul 14.00 WIB, terpaksa molor sekitar satu jam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan...'

"MK yang Memulai dengan Putusan 90, Tentu Saja Mereka Pertahankan..."

Nasional
Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak 'Up to Date'

Beda Sikap soal Hak Angket Pemilu: PKB Harap Berlanjut, PKS Menunggu, Nasdem Bilang Tak "Up to Date"

Nasional
Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Bima Arya Ditunjuk PAN Jadi Kandidat untuk Pilkada Jabar 2024

Nasional
Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Guru Besar UI: Ironis jika PDI-P Gabung ke Kubu Prabowo Usai Putusan MK

Nasional
Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Tak Anggap Prabowo Musuh, Anies Siap Diskusi Bareng

Nasional
Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Bersama Pertamax Turbo, Sean Gelael Juarai FIA WEC 2024

Nasional
Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Tanggapi Putusan MK, KSP: Bansos Jokowi Tidak Memengaruhi Pemilih Memilih 02

Nasional
Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Peringati Hari Buku Sedunia, Fahira Idris: Ketersediaan Buku Harus Jadi Prioritas Nasional

Nasional
KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

KPK Terima Pengembalian Rp 500 Juta dari Tersangka Korupsi APD Covid-19

Nasional
Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Megawati Diyakini Tak Goyah, PDI-P Diprediksi Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Digugat ke Pengadilan, Bareskrim: Penetapan Tersangka Kasus TPPU Panji Gumilang Sesuai Fakta

Nasional
Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Soal Peluang PDI-P Gabung Koalisi Prabowo, Guru Besar UI: Megawati Tegak, Puan Sejuk

Nasional
Jokowi Minta Kepala BNPB Cek Masyarakat Sulbar yang Belum Dapat Bantuan Pascagempa

Jokowi Minta Kepala BNPB Cek Masyarakat Sulbar yang Belum Dapat Bantuan Pascagempa

Nasional
Jokowi Beri Isyarat Perpanjang Masa Jabatan Pj Gubernur Sulbar Zudan Arif

Jokowi Beri Isyarat Perpanjang Masa Jabatan Pj Gubernur Sulbar Zudan Arif

Nasional
Jokowi Janji Bakal Bangun Asrama dan Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas

Jokowi Janji Bakal Bangun Asrama dan Kirim Mobil Listrik ke SMK 1 Rangas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com