"Apa gunanya Ical bicara seperti itu? Pernyataannya nggak akan laku dijual ke masyarakat. Semua orang masih ingat zaman Pak Harto itu zaman otoritarianisme," ujar Hamdi di Jakarta, Sabtu (25/1/2014).
Gambar yang dimaksud Ical adalah gambar Soeharto serta sebuah sapaan dalam bahasa Jawa, yakni "Piye kabare bro? Penak jamanku to..." yang artinya kurang lebih adalah "Bagaimana kabarnya bro? Masih lebih enak di zaman saya kan..."
Hamdi menuturkan, gambar Soeharto hanyalah sebagai guyonan satire yang disampaikan para seniman. Guyonan itu, lanjutnya, hanya sebagai penyentak realitas masyarakat saat ini tidak memuaskan. Hamdi menyebutkan, fenomena ini tidak bisa dijadikan pembenaran bahwa masyarakat menginginkan kembali Golkar memimpin layaknya era Orde Baru.
"Masa demokrasi ini adalah masa yang kita syukuri bisa lepas dari kekejaman jerat otoritarianisme pimpinan Pak Harto," imbuh Hamdi.
Seperti diberitakan, Ical mengatakan, fenomena tersebut menunjukkan masyarakat ingin Golkar kembali memerintah. Hal tersebut disampaikan Ical dalam sambutannya di acara Rakornas I Badan Koordinasi Pemenangan Pemilu (BKPP) Partai Golkar, Kamis (23/1/2014).
"Stiker itu dibuat dijual dan dibeli masyaraat. Hal ini menandakan masyarakat ingin agar Golkar kembali memerintah," tutur Ical. Ical juga menuturkan bahwa Golkar sudah menorehkan prestasi dengan membawa realitas "zaman Golkar, zaman yang enak".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.