JOMBANG, KOMPAS.com
— Ribuan warga dari sejumlah daerah menghadiri puncak peringatan empat tahun wafatnya KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Jumat (3/1/2014) malam. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri, dan ulama-ulama terkemuka hadir dalam peringatan itu.

Kehadiran ribuan warga dan tokoh beragam kalangan ini jadi bukti kecintaan sekaligus penghormatan terhadap Gus Dur. Ulama yang juga presiden keempat Indonesia ini masih menjadi magnet setelah wafatnya.

Presiden Yudhoyono dalam sambutannya mengemukakan, lima pemikiran Gus Dur masih sangat relevan dan menjadi agenda Indonesia ke depan. Pertama, hadirnya masyarakat majemuk yang rukun. Yang diucapkan, dilakukan, dan diperjuangkan Gus Dur hingga akhir hayatnya adalah untuk mencapai masyarakat majemuk yang rukun, damai, penuh toleransi, dan saling menghormati.

Kedua, kegigihan Gus Dur menghilangkan diskriminasi dalam bentuk apa pun. Ketiga, peran negara tidak terlalu dominan dan peran masyarakat diperbesar. Keempat, negara tidak berhak mengontrol pemikiran warganya. Negara demokrasi matang akan memberikan ruang bagi kebebasan berpendapat dan kebebasan pers.

Kelima, Gus Dur ingin agar hubungan sipil dan militer sehat. Militer menghormati demokrasi, di sisi lain sipil juga menghormati dan memberikan kewenangan militer untuk menjaga dan mempertahankan negara. Yudhoyono mengatakan, pemikiran Gus Dur jauh mendahului zamannya.

Rangkaian peringatan wafatnya Gus Dur di Jombang dimulai sejak 28 Desember 2013. Sejumlah kegiatan digelar, mulai dari pengajian hingga pementasan barongsai. Selain itu, ribuan warga dari beberapa daerah juga berziarah ke makam Gus Dur di kompleks Ponpes Tebuireng.

Rajutan persaudaraan

Sinta Nuriyah Wahid, istri Gus Dur, mengucapkan terima kasih, khususnya kepada Presiden Yudhoyono atas atensi dan kehadirannya. Menurut Sinta, dalam sebulan terakhir, ratusan kegiatan peringatan haul Gus Dur dilakukan di beberapa daerah oleh warga beragam lapisan. ”Saya berharap haul Gus Dur bisa memperkuat rajutan persaudaraan sebagai anak bangsa yang retak karena kecurigaan dan ego kelompok,” katanya.

KH Salahuddin Wahid, pengasuh Pesantren Tebuireng yang juga adik Gus Dur, menyatakan, pesantren berjasa besar membentuk wajah mayoritas Islam Indonesia yang moderat dan toleran. Pesantren juga berjasa mendidik bangsa, jauh sebelum ada sekolah formal.

Puluhan mahasiswa dan anggota ormas, Jumat siang, berunjuk rasa menolak kehadiran Presiden Yudhoyono di depan Universitas Darul Ulum, Jombang. Mereka menilai Presiden tidak konsisten dengan ajaran Gus Dur tentang pluralisme.

Kepala Polda Jawa Timur Irjen Unggung Cahyono mengatakan, situasi keamanan di Jombang secara umum kondusif. Unjuk rasa menyampaikan pendapat di muka umum diperbolehkan dan dilindungi undang-undang.

Mantan Sekretaris Pribadi Presiden Yudhoyono yang menjadi Pangdam V Brawijaya Mayjen Ediwan Prabowo mengatakan, ”Masyarakat Jombang sangat menerima dan bahagia dengan kehadiran Presiden.”

Polres Jombang mengerahkan 400 personel polisi, 4 SSK Brimob, dan 2 SSK dari Dalmas Polda Jatim. Ada ratusan tentara dari komando teritorial yang disiagakan. (WHY/BAH)