Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Polri: Terduga Teroris Cenderung Melawan

Kompas.com - 03/01/2014, 02:00 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Enam dari tujuh terduga teroris tewas ditembak dalam penggerebekan oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri yang berakhir Rabu (1/1/2014). Kritik pun berdatangan, apalagi karena hampir setiap kali penggerebekan oleh Densus 88 berakhir dengan kematian para terduga. Apa komentar Mabes Polri atas kritik itu?

“Ini jelas suatu kondisi yang tidak bisa disamaratakan seperti kejahatan konvensional. Yang mana kami bisa bernegosiasi (dengan pelaku),” kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Kamis (2/1/2013). Menurut dia, para terduga teroris cenderung melawan petugas yang akan menangkapnya, dengan menggunakan senjata api.

Para terduga teroris, imbuh Boy, biasanya juga telah membekali diri dengan kemampuan membuat bom atau menggunakan senjata api. Bila sampai bom atau senjata api itu dipakai melawan petugas, kata dia tentu saja akan membahayakan keselamatan petugas.

Boy mengatakan pula, para terduga teroris punya pemahaman berbeda dibandingkan tersangka pelaku kejahatan lain. Para terduga teroris ini, ujar dia, berpendapat mati saat akan ditangkap adalah jihad.

Kendati demikian, Boy mengatakan upaya persuasif tetap dilakukan sebelum penangkapan dengan harapan para terduga teroris mau menyerahkan diri tanpa perlawanan. “Kepengennya enggak meninggal ya. Kami (juga) tidak ingin pelaku kejahatan itu ditangkap dalam keadaan meninggal dunia,” ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti, menyatakan tembak mati seharusnya menjadi upaya terakhir Polri saat berupaya menangkap orang-orang yang diduga adalah teroris. Seharusnya, ujar dia, polisi meminimalkan kematian para terduga tersebut sehingga proses hukum bisa dilakukan sampai ke proses persidangan.

Tindakan polisi yang menembak mati para terduga teroris itu menurut Poengky tak hanya mengabaikan asas praduga tak bersalah tetapi juga menutup peluang untuk mengungkap rantai kejahatan terorisme. "(Aksi tembak mati) ini justru semakin menguatkan dan menyebarluaskan (dugaan) paham 'jihad sesat' jaringan (terduga) teroris tersebut," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com