"Saya kenal Gus Dur setelah beliau menjadi presiden. Saya kenal sama Mbak Yenny Wahid dulu," kata Basuki, di Haul ke-4 Gusdur, di Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta Selatan, Sabtu (28/12/2013) malam.
Basuki teringat betul saat terpilih menjadi Bupati Belitung Timur. Di wilayah tersebut, 93 persen warganya memeluk agama Islam. Berdasarkan peta politik, partai yang berkuasa di Belitung saat itu adalah Partai Bulan Bintang (PBB). Namun, Basuki membuktikan bahwa warga Belitung memilihnya yang notebene tidak beragama Islam dan keturunan Tionghoa.
Setelah 16 bulan menjadi Bupati Belitung Timur, pria yang akrab disapa Ahok itu ingin merealisasikan undang-undang tentang jaminan sosial. Sebab, menurutnya pemerintah harus dapat memberikan jaminan sosial dan keadilan sosial untuk menghadapi ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015.
"Saat itu, Gubernur Bangka Belitungnya menolak. Kata dia, kalau mau merealisasikan hal itu, kamu harus mencalonkan diri sebagai gubernur dan harus berhenti dari jabatan bupati," cerita Basuki.
Pernyataan Gubernur Bangka Belitung itu langsung terpatri di pikirannya. Ia pun berniat untuk maju dalam Pilgub Bangka Belitung 2007. Alumnus Universitas Trisakti itu bimbang. Sebab, jika ingin mencalonkan sebagai gubernur, harus ada partai yang mendukungnya.
Seketika, Basuki menelepon Yenny Wahid. Yenny mengatakan kepada Basuki kalau Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mau saja mencalonkan Basuki menjadi Gubernur Bangka Belitung. Hanya saja, kursi PKB di DPRD Bangka Belitung hanya satu kursi.
Tekad bulat Basuki kian menipis. Di saat niatnya yang semakin kecil itu, tiba-tiba saja Gus Dur meneleponnya dan menanyakan alasan Basuki ingin berhenti menjadi cagub Bangka Belitung.
Program pemberian pensiun untuk masyarakat Bangka Belitung menjadi suatu hal yang menarik bagi Gus Dur. Mantan Ketua Dewan Syuro PKB itu pun memutuskan mendukung Basuki yang merupakan warga minoritas di Belitung Timur.
Keputusan Gus Dur mendukung Basuki tak sedikit menimbulkan pro dan kontra. Kepercayaan Gus Dur menumbuhkan semangat baru dalam diri Basuki.
Kemudian, Basuki pun gencar bercerita terkait keinginannya merealisasikan jaminan kesehatan dalam menghadapi AFTA 2015 kepada Gus Dur. Apabila berhasil menjadi Gubernur, ia menjanjikan Bangka Belitung dapat menjadi wilayah yang diperhitungkan di ASEAN.
"Pas itu juga, Muhaimin Iskandar bilang ke saya jangan ngarep Gus Dur mau kampanye buat kamu. Saya langsung ngomong ke Gus Dur, dia bilang kalau beliau siap kampanye buat saya. Walaupun saya hanya naik Sriwijaya Air dan tidak punya pesawat pribadi untuk membawa Gus Dur ke Bangka," kenang Basuki.
Tak sedikit oknum-oknum yang melakukan black campaign ketika Gus Dur memberikan dukungan penuh kepadanya. Ada yang menyebutnya sebagai "Kyai Palsu" dan sebagainya.
Melihat berbagai penolakan itu, Basuki merasa tidak enak kepada Gus Dur. Tak disangka, ternyata Gus Dur santai merespon berbagai penolakan dan tudingan kepadanya. "Biarin aja," kata Gus Dur kepada Basuki saat itu.
Pihak-pihak yang menuding itu, menurut Gus Dur, tidak mengerti agama Islam dan tidak mengerti makna ayat suci Al-Quran. Seorang muslim, kata Gus Dur, tidak memiliki sifat berburuk sangka seperti itu.
Begitu Basuki kalah di Pilgub 2007 dan merasa mendapat kecurangan dari pesaingnya, Gus Dur tidak menerima hasil tersebut. Pendiri PKB itu kemudian menggugat ke Mahkamah Agung (MA). Saat di MA, untuk dapat memenangkan perkaranya, Basuki mengaku dipaksa harus mengeluarkan biaya hingga miliaran rupiah. Ia pun akhirnya memilih untuk menerima keputusan yang ada saja.
"Jadi, memang saya bersyukur bisa kenal Gus Dur. Saya berpolitik karena dia," ungkap Basuki.