Sepanjang perjalanannya, Anies bertemu dengan tokoh lintas partai dan bahkan kalangan santri yang selama ini menjadi basis massa Nahdlatul Ulama (NU). Berikut, cuplikan perjalanan enam hari Anies Baswedan yang disebutnya “3.000 kilometer Nyalakan Harapan” itu.
Bandung dan Tasikmalaya
Pada hari pertama. Anies bertemu dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, tokoh nonparpol yang akhirnya maju didukung Partai Keadilan Sejahtera. Di sana, Anies mendapatkan respon positif dari Ridwan Kamil yang mendukungnya maju dalam konvensi capres Partai Demokrat.
Anies melanjutkan perjalanan ke Pesantren Cipasung, Tasikmalaya yang sebelumnya dipimpin almarhum KH. Saefullmillah. Di sana, Anies memang kurang dikenal lantaran pesantren itu menjadi basis suara NU yang selama ini pecah ke Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Persatuan Pembangunan. Tiba pada malam hari, Anies disambut puluhan santri dan pengurus ponpes.
Tidak ada poster atau baliho selamat datang yang kerap dibentangkan setiap kali pejabat atau pun tokoh partai politik hadir ke sebuah pesantren. Yang terjadi justru sebaliknya, warga sekitar bingung dengan kehadiran Anies yang datang dengan dua buah bus besar warna merah dengan atribut dan foto besar dirinya.
“Ini Anies Baswedan yang suka di TV? Ngapain dia ke sini?” tanya Asep kepada para peliput yang hadir. Asep hanya mengetahui Anies sebagai seorang tokoh di dunia pendidikan. Menurut Asep, pesantren Cipasung selama ini mendukung tokoh PKB dan belakangan pecah ke PPP. Dia pun mengakui keberanian Anies mendekati basis massa NU.
Yogyakarta
Tujuan selanjutnya adalah Yogyakarta. Anies menyempatkan diri berkunjung ke Pantai Pandansimo, Bantul. Tempat ini sebelumnya dikenal sebagai lahan tandus dan kerap dijadikan lokasi syuting padang pasir. Namun, sejak 11 tahun lalu, pesisir pantai ini tumbuh subur berbagai jenis tanaman. Petani di wilayah ini berhasil membudidayakan lahan pertanian di atas tanah berpasir.
Datang saat hujan lebat mengguyur pesisir pantai ini, hal ini tak menyurutkan niat Anies untuk berdialog dengan para petani. Dengan menggunakan jas hujan dan payung, Anies melihat lahan pertanian yang bisa subur di atas tanah pasir. Anies menilai kesuksesan petani Pandansimo adalah sebuah pesan bagi bangsa Indonesia.
“Tidak ada kesulitan yang tak bisa ditaklukan. Cerita petani di Pandansimo menjadi pesan bagi bangsa Indonesia untuk tak mudah menyerah pada kesulitan,” ucap Anies.
Cerita soal kesuksesan petani Pandansimo ini pun disampaikannya saat bertemu dengan relawan di Angkringan Lek No, dekat Stasiun Tugu, Yogyakarta pada malam harinya. Usai bertemu relawan, Anies menyempatkan diri bertemu dengan salah satu tokoh lokal, mantan Wali Kota Yogyakarta Herry Zudianto yang sebelumnya diusung Partai Amanat Nasional. Di dalam pertemuan itu, Herry menyatakan dukungannya terhadap Anies.
“Saya menyampaikan harapan kepada Anies untuk menjadi presiden. Saya juga berharap agar ia dapat menggalang anak muda untuk ikut turun tangan menyelesaikan masalah,” kata Herry yang kini beralih profesi menjadi Ketua RW di rumahnya ini. Herry bahkan meminta Anies untuk mengusung jargon baru yakni “Yang Muda yang Turun Tangan”.
Blitar dan Kediri
Anies kembali melanjutkan perjalanan malam hari ke kota Blitar dan Kediri, Jawa Timur. Tiba di Blitar, Anies bersama istri dan keempat anaknya melakukan ziarah ke makam Bung Karno. Uniknya, tak lama sebelum kedatangan Anies, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra
Prabowo Subianto yang dijagokan menjadi capres Partai Gerindra baru saja selesai berziarah di lokasi yang sama.