Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tiga Alasan Elektabilitas Jokowi Selalu Tinggi

Kompas.com - 15/12/2013, 21:13 WIB
Dani Prabowo

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, menilai, ada tiga alasan yang membuat elektabilitas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi tidak pernah rendah dalam sejumlah survei kandidat calon presiden 2014. Ketiganya disebabkan oleh kurang maksimalnya kinerja mesin partai politik dalam melakukan kaderisasi.

Hamdi berpendapat, saat ini masyarakat telah mengultuskan Jokowi sebagai sosok "Ratu Adil". Di dalam mitologi, sosok Ratu Adil digambarkan sebagai sosok pemimpin yang mampu membawa keadilan, kedamaian, dan kesejahteraan bagi masyarakat. "Sosok itulah yang dianggap masyarakat ada di dalam diri Jokowi," kata Hamdi dalam diskusi yang diselenggarakan lembaga riset Cyrus Network di Jakarta, Minggu (15/12/2013).

Menurut Hamdi, pengultusan itu pada akhirnya membuat sejumlah lembaga survei enggan untuk melakukan riset buruk terkait Jokowi. Namun, ia menegaskan, kultus tersebut tidak terlepas dari akibat belum adanya kandidat kuat calon presiden dari partai politik yang dianggap dapat mewakili keinginan masyarakat.

Saat ini, parpol mengusung figur lama yang tengah menjabat sebagai ketua umum parpol. Sebut saja Partai Golkar yang mengusung ketua umumnya Aburizal Bakrie, Partai Gerindra dengan Prabowo Subianto, atau PDI Perjuangan dengan Megawati Soekarnoputri. "Generasi mereka ini sudah lewat. Yang terjadi justru emoh politik," kata Hamdi.

Hal lain yang menyebabkan nama Jokowi jadi favorit adalah keengganan parpol mengeluarkan kader berkualitas. Parpol di Indonesia cenderung hanya ingin menonjolkan sosok kader yang dianggap dekat dengan pimpinan parpol. Hal itu secara tidak langsung menyebabkan timbulnya oligarki politik di dalam parpol.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Cyrus Network Hasan Nasbi mengatakan, tingginya elektabilitas Jokowi membuat kondisi perpolitikan Indonesia jelang Pemilu 2014 tidak kondusif. Hal itu menyebabkan sosok pimpinan yang dianggap mampu mewakili aspirasi masyarakat hanya ada satu, yakni Jokowi. Jika Jokowi maju dan menang dalam pemilu mendatang, seolah ia menang tanpa melalui tahap kompetisi. "Persoalannya, ketiadaan kompetisi ini apakah jadi yang terbaik atau tidak?" ujar Hasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Temui Jokowi, Prabowo dan Gibran Tinggalkan Istana Setelah 2 Jam

Nasional
AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

AJI Nilai Sejumlah Pasal dalam Draf Revisi UU Penyiaran Ancam Kebebasan Pers

Nasional
Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Ketua KPK Sebut Langkah Nurul Ghufron Laporkan Anggota Dewas Sikap Pribadi

Nasional
Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Daftar Hari Besar Nasional dan Internasional Mei 2024

Nasional
AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

AHY Wanti-wanti Pembentukan Koalisi Jangan Hanya Besar Namun Keropos

Nasional
Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Prabowo Presiden Terpilih, AHY: Kami Imbau Semua Terima Hasil, Semangat Rekonsiliasi

Nasional
Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Prabowo: Jangan Jadi Pemimpin kalau Tak Kuat Diserang, Duduk di Rumah Nonton TV Saja

Nasional
Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Dewas Akan Sidangkan Dugaan Pelanggaran Etik Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron 2 Mei

Nasional
Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Prabowo-Gibran Tiba di Istana untuk Bertemu Jokowi

Nasional
AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum 'Clear', Masih Dihuni Warga

AHY Sebut Lahan 2.086 Hektare di IKN Belum "Clear", Masih Dihuni Warga

Nasional
Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Tak Persoalkan PKB Ingin Kerja Sama dengan Prabowo, PKS: Kita Enggak Jauh-jauh

Nasional
Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Bapanas Prediksi Harga Bawang Merah Normal 30-40 Hari ke Depan

Nasional
PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

PKS Jajaki Komunikasi dengan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com