"Soal Timwas, kami sudah katakan saat itu bahwa Timwas Century ini diberikan amanah oleh paripurna untuk mengawasi penegakan proses hukum Century, bukan kembali memanggil, apalagi Wapres," ujar Nurhayati, di Kompleks Parlemen, Jumat (6/12/2013).
"Seharusnya pemangggilan itu (Boediono) dilakukan setelah dipanggil KPK, konfirmasi. Tapi, seperti biasa, isu ini kan menjadi sangat seksi," ucap Nurhayati.
Nurhayati tak mau berkomentar lebih jauh lagi soal rencana pemanggilan Boediono ini. Hingga saat ini, katanya, pimpinan DPR juga belum melayangkan surat pemanggilan kepada Boediono.
"Jadi, Timwas rapat iya, namun kan yang memutuskan pimpinan DPR," katanya.
Pemanggilan Boediono
Sebelumnya, Timwas Century sepakat untuk memanggil Boediono. Hal tersebut dilakukan untuk mengklarifikasi pernyataan Boediono terkait pernyataannya setelah pemeriksaan KPK di Istana Wapres beberapa waktu lalu. Ketika itu, Boediono diperiksa dengan kapasitasnya sebagai mantan Gubernur Bank Indonesia untuk menggali informasi mengenai keputusan Bank Indonesia memberi fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP).
Pertanyaan seputar krisis merupakan upaya penyidik KPK untuk mendapatkan gambaran akurat mengingat sebelumnya mantan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla tidak melihat ada krisis. Mengenai kondisi krisis pada Oktober-November 2008, menurut Boediono, hal itu cukup mengancam perekonomian Indonesia. Kegagalan suatu institusi keuangan, sekecil apa pun, bisa menimbulkan dampak domino atau krisis sistemik.
Saat itu, Indonesia tidak menerapkan blanket guarantee yang menjamin semua deposito simpanan di bank sehingga langkah penyelamatan Bank Century menjadi satu-satunya cara agar tidak terjadi krisis sistemik.
Boediono meyakini, langkah penyelamatan atau pengambilalihan Bank Century merupakan langkah yang tepat. Hal itu terbukti dengan situasi krisis yang dapat dilewati pada 2009 dan perekonomian Indonesia terus tumbuh. Bahkan, pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi menempati peringkat kedua dunia, di bawah China.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.