Kebudayaan adalah sebuah jawaban yang diyakini oleh para peserta WCF yang bisa memberi jalan keluar bagi kemampatan peradaban. Untuk itulah, kebudayaan secara luas dibahas di forum ini.
Memasuki hari kedua, World Culture Forum (WCF) yang berlangsung di Bali International Convention Center, Selasa (26/11/13), digelar Simposia, yang mengangkat enam materi simposium yang melibatkan pakar-pakar ternama dari seluruh Indonesia. Dari Indonesia, tampil budayawan Goenawan Mohamad, Radhar Panca Dahana, Azyumardi Azra, Emil Salim, Erna Witoelar, dan lain-lain.
Hadir pada acara ini sejumlah perwakilan dari badan internasional dan pakar-pakar ternama yang bertujuan untuk menyampaikan dan mendiskusikan berbagai wacana serta masalah dalam lingkup kebudayaan dan pembangunan.
Membuka hari kedua WCF, simposium pertama mengambil judul "Pendekatan Holistik Terhadap Budaya dalam Pembangunan". Tema ini mengangkat isu terkini mengenai seni, budaya, dan peninggalan dalam pembangunan yang berkelanjutan, dimoderatori oleh Madame Alissandra Cmmins dari Barbados. Tampil sebagai pembicara utama Prof Rick West, Presiden dan CEO The Autry, Amerika; Prof Jean Couteau dari Indenesia, ahli budaya, penulis multilingual serta kolomnis; Dr Bussakorn Binson dari Thailand, Associate Profesor dari Musik di Fakultas Seni Rupa dan Terapan Universitas Chulalangkorn, Bangkok; dan lain-lain.
Dilanjutkan simposium kedua yang mengangkat tema "Masyarakat Madani dan Demokrasi Kebudayaan". Tampil sebagai moderator di sesi ini adalah Dr Hans d'Orville dari Perancis. Hans adalah Asisten Direktur Jenderal Kantor Perencanaan Strategis UNESCO. Goenawan Mohamad, pendiri majalah Tempo dan budayawan, tampil sebagai pembicara utama bersama Fladimir Tolstoy, Penasihat Kebudayaan Presiden Rusia; Kigge Hvid dari Denmark, Direktur dan CEOINDEX; Mark Miller, Ketua Program Remaja di Tate London; Jordi Pascual dari Spanyol, Koordinator Agenda 21 untuk Budaya; Yasmin Khan dari Inggris, pakar jender.
Simposium ketiga mengangkat tema "Kreativitas dalam Ekonomi dan Kebudayaan" yang dimoderatori oleh Prof Dr David Throsby dari Australia. Dia adalah seorang ekonom terkenal, penulis dan Ketua Penasihat di UNESCO tentang ekonomi dan kebudayaan. Pembicara utama pada sesi ini adalah Prof Dr Sri Edi Swasono, profesor ekonomi dari Universitas Indonesia.
Simposium keempat, mengangkat tema "Budaya dalam Kelestarian Lingkungan" yang membahas peninggalan kolonialisme dalam dikotomi alam dan budaya yang dimoderatori oleh Dr Erna Witoelar. Tampil sebagai pembicara utama Prof Dr Renato Flores dari Brasil; Prof Dr Emil Salim dari Indonesia.
Simposium kelima mengangkat tema "Pembangunan Perkotaan Berkelanjutan" yang mendikusikan masalah pergerakan populasi dan implementasi pendekatannya agar perkembangan perkotaan menjadi pembangunan yang berkelanjutan. Dimoderatori oleh Dr Augusto Vilalon, Arsitek Konservasi Kota dan Dewan Internasional untuk Monumen dan Situs, Filipina. Pembicara utamanya Prof Minja Yang dari Pusat Koservasi Internasional Raymond Lemaire, Inggris.
Simposium keeenam mengangkat "Dialog Antar-Agama dan Pembangunan Komunitas". Sesi ini mengangkat pentingnya pemahaman keyakinan dan toleransi beragama sebagai elemen penting dalam dimensi budaya pembangunan yang berkelanjutan. Dr Clarence G Newsome dari National Underground Railroad Freedom Center, Amerika, bertindak sebagai moderator. Tampil sebagai pembicara utama antara lain Prof Dr Azyumardi Azra dari Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Acara selanjutnya adalah Bali Promise yang akan dibacakan sore ini, sebagai kesimpulan dari semua masukan dari Presiden SBY, pembicara kunci, dan juga para peserta simposium.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.