"Soal konstelasi siapa yang akan dipadukan dengan Ical, itu akan dilihat dari nilai agregat capres yang punya kemampuan paling tidak seperti Jokowi untuk bersaing ketat," ujar Usman dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (17/11/2013).
Usman menuturkan, soal sosok pendamping Ical, Golkar perlu memperhatikan karakteristik pemilih yang kebanyakan berasal dari Jawa dan beragama Islam. Selain itu, ia juga harus mempertimbangkan soal pemilih perempuan yang kini sudah relatif seimbang dengan pemilih laki-laki. Yang terpenting, sebut Usman, calon wakil presiden untuk Ical harus diakui segmen masyarakat terbesar.
"Misalnya, bisa diambil tokoh dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) seperti Mahfud MD. Hanya saja, bisa enggak NU dan PKB solid? Kalau bisa, ini bisa menguatkan pencalonan Ical," kata Usman.
LKP melakukan pemantauan terhadap survei elektabilitas Ical setiap lima bulan sekali sejak bulan November 2012. Pada saat itu, elektabilitas Ical hanya 7,1 persen. Elektabilitas pengusaha Grup Bakrie itu kemudian meningkat signifikan pada bulan Maret 2013, yakni sebesar 10,6 persen.
Namun, peningkatan elektabilitas ini tidak berlangsung lama karena pada bulan Juli 2013, elektabilitas Ical kembali turun menjadi 9,5 persen. Survei terakhir yakni pada bulan November 2013, elektabilitas Ical kembali turun menjadi 9,2 persen.
Ical jago kandang
Saat ini, Ical merupakan tokoh yang bersinar di internal Golkar. Survei LKP menunjukkan, Ical berada di tempat teratas dengan dukungan sebesar 19,6 persen. Selanjutnya diikuti Jusuf Kalla (15,2 persen), Priyo Budi Santoso (13,9 persen), dan Akbar Tanjung (7,9 persen). Selain itu, Fadel Muhammad mendapat dukungan 6,7 persen, Agung Laksono (4,2 persen), Idrus Marham (3,5 persen), Sharif Cicip Sutardjo (2 persen), Theo L Sambuaga (1,7 persen), Hajriyanto Y Thohari (1,5 persen), dan Setya Novanto (0,2 persen).
Namun, elektabilitas Ical belum dapat menandingi tokoh lainnya, seperti Jokowi, Prabowo, bahkan Wiranto.
"Ical hanya menang di rumahnya sendiri. Dia masih kalah dengan Jokowi, Prabowo, dan bahkan Wiranto," kata Usman.
Metodologi
Adapun survei nasional LKP ini dilaksanakan pada tanggal 1-10 November 2013 di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Populasinya yakni semua calon pemilih dalam Pemilu 2014 atau seluruh penduduk Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun dan/atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah.
Jumlah sampel sebesar 1.070 responden diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat (multistage randon sampling). Margin of error lebih kurang 3 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Untuk uji validitas, tim peneliti LKP melakukan spot check sebesar 10 persen dari total sampel. Usman mengklaim bahwa penelitian yang dilakukan LKP kali ini bersumber dana swadaya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.