Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LKP: Ingin Menang, Ical Harus Punya Cawapres Sekaliber Jokowi

Kompas.com - 17/11/2013, 15:06 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
— Pencalonan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal "Ical" Bakrie terus menuai respons negatif dari pihak internal maupun lembaga survei karena elektabilitasnya yang masih rendah. CEO Lembaga Klimatologi Politik (LKP) Usman Rachman mengatakan, jika Ical bersikeras maju sebagai capres, ia harus mencari calon wakil presiden seperti Gubernur DKI Jakarta Joko "Jokowi" Widodo.

"Soal konstelasi siapa yang akan dipadukan dengan Ical, itu akan dilihat dari nilai agregat capres yang punya kemampuan paling tidak seperti Jokowi untuk bersaing ketat," ujar Usman dalam jumpa pers di Jakarta, Minggu (17/11/2013).

Usman menuturkan, soal sosok pendamping Ical, Golkar perlu memperhatikan karakteristik pemilih yang kebanyakan berasal dari Jawa dan beragama Islam. Selain itu, ia juga harus mempertimbangkan soal pemilih perempuan yang kini sudah relatif seimbang dengan pemilih laki-laki. Yang terpenting, sebut Usman, calon wakil presiden untuk Ical harus diakui segmen masyarakat terbesar.

"Misalnya, bisa diambil tokoh dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) seperti Mahfud MD. Hanya saja, bisa enggak NU dan PKB solid? Kalau bisa, ini bisa menguatkan pencalonan Ical," kata Usman.

LKP melakukan pemantauan terhadap survei elektabilitas Ical setiap lima bulan sekali sejak bulan November 2012. Pada saat itu, elektabilitas Ical hanya 7,1 persen. Elektabilitas pengusaha Grup Bakrie itu kemudian meningkat signifikan pada bulan Maret 2013, yakni sebesar 10,6 persen.

Namun, peningkatan elektabilitas ini tidak berlangsung lama karena pada bulan Juli 2013, elektabilitas Ical kembali turun menjadi 9,5 persen. Survei terakhir yakni pada bulan November 2013, elektabilitas Ical kembali turun menjadi 9,2 persen.

Ical jago kandang

Saat ini, Ical merupakan tokoh yang bersinar di internal Golkar. Survei LKP menunjukkan, Ical berada di tempat teratas dengan dukungan sebesar 19,6 persen. Selanjutnya diikuti Jusuf Kalla (15,2 persen), Priyo Budi Santoso (13,9 persen), dan Akbar Tanjung (7,9 persen). Selain itu, Fadel Muhammad mendapat dukungan 6,7 persen, Agung Laksono (4,2 persen), Idrus Marham (3,5 persen), Sharif Cicip Sutardjo (2 persen), Theo L Sambuaga (1,7 persen), Hajriyanto Y Thohari (1,5 persen), dan Setya Novanto (0,2 persen).

Namun, elektabilitas Ical belum dapat menandingi tokoh lainnya, seperti Jokowi, Prabowo, bahkan Wiranto.

"Ical hanya menang di rumahnya sendiri. Dia masih kalah dengan Jokowi, Prabowo, dan bahkan Wiranto," kata Usman.

Metodologi

Adapun survei nasional LKP ini dilaksanakan pada tanggal 1-10 November 2013 di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Populasinya yakni semua calon pemilih dalam Pemilu 2014 atau seluruh penduduk Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun dan/atau belum 17 tahun tetapi sudah menikah.

Jumlah sampel sebesar 1.070 responden diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat (multistage randon sampling). Margin of error lebih kurang 3 persen dan pada tingkat kepercayaan (level of confidence) sebesar 95 persen.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Untuk uji validitas, tim peneliti LKP melakukan spot check sebesar 10 persen dari total sampel. Usman mengklaim bahwa penelitian yang dilakukan LKP kali ini bersumber dana swadaya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Menerka Nasib 'Amicus Curiae' di Tangan Hakim MK

Menerka Nasib "Amicus Curiae" di Tangan Hakim MK

Nasional
Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Sudirman Said Akui Partai Koalisi Perubahan Tak Solid Lagi

Nasional
Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Puncak Perayaan HUT Ke-78 TNI AU Akan Digelar di Yogyakarta

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Jelang Putusan Sengketa Pilpres, Sudirman Said Berharap MK Penuhi Rasa Keadilan

Nasional
Sejauh Mana 'Amicus Curiae' Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Sejauh Mana "Amicus Curiae" Berpengaruh pada Putusan? Ini Kata MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com