JAKARTA, KOMPAS.com — Dari 159 tokoh yang dianugerahkan gelar pahlawan nasional oleh pemerintah, sebanyak 10 tokoh di antaranya hingga saat ini belum diketahui makamnya. Pemerintah menyerahkan masalah tersebut kepada keluarga.
"Ada 10 pahlawan nasional yang belum diketahui makamnya. Ini menjadi tugas keluarga karena pemerintah tidak menjangkau ke situ," kata Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kementerian Sosial Hartono Laras di Jakarta, Jumat (8/11/2013).
Sepuluh pahlawan tersebut, yaitu Yos Sudarso, Supriyadi, Muwardi, Tan Malaka, Martha Christina Tiahahu, I Gusti Ketut Jelantik, Pattimura, Anak Agung Gde Agung, Slamet Riyadi, dan I Gusti Ketut Pudja.
Kepada ahli waris, pemerintah memberikan bantuan berupa tunjangan sebesar Rp 1,5 juta setiap bulan dan bantuan kesehatan Rp 3 juta setahun. Selain itu, jika rumah ahli waris tidak layak huni akan dibantu perbaikan rumah sebesar Rp 25 juta.
"Mereka berhak dimakamkan di taman makan pahlawan, baik di pusat maupun daerah. Tapi bagi ahli waris yang tetap menginginkan makamnya di tempat semula akan dilakukan perawatan," kata Hartono.
Tiga pahlawan nasional baru
Pemerintah melalui Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan menetapkan tiga tokoh penyandang gelar pahlawan nasional. Ketiga tokoh itu, yaitu Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radjiman Wedyodiningrat dari Yogyakarta, Lambertus Nicodemus Palar dari Sulawesi Utara, dan Letjen TNI (Purn) TB Simatupang dari Sumatera Utara.
Anugerah tersebut diberikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada perwakilan ketiga keluarga di Istana Negara, Jakarta, Jumat sore. Ikut hadir Wakil Presiden Boediono dan jajaran kabinet.
Radjiman Wedyodiningrat yang lahir di Yogyakarta pada 21 April 1879 merupakan salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia. Ia merupakan Ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Lambertus Nicodemus Palar (LN Palar) adalah tokoh yang lahir di Rurukan, Tomohon, Sulawesi Utara, pada 5 Juni 1900. Ia menjabat sebagai wakil Republik Indonesia dalam beberapa posisi diplomatik di Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Adapun TB Simatupang, yang lahir di Sidikalang, Sumatera Utara, pada 28 Januari 1920, merupakan tokoh militer di Indonesia. Saat ini namanya diabadikan sebagai salah satu nama jalan besar di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.