"Yang perlu diketahui adalah apa kepentingan dia. Setelah tahu, baru kita protes," kata Agus di Jakarta, Rabu (6/11/2013) malam.
Ia menjabarkan, penyadapan biasanya dilakukan sesuai dengan kepentingan si penyadap. Apabila kepentingannya ekonomi, maka Australia ingin mengamankan kepentingan bisnisnya di Indonesia. Apabila kepentingan pertahanan, mereka ingin mengetahui kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) milik Indonesia.
"Kalau di bidang politik, pasti ingin mengetahui siapa sih presiden mendatang," katanya.
Menurut Agus, sadap-menyadap antarnegara merupakan hal yang wajar. Yang terpenting, katanya, adalah bagaimana Lembaga Sandi Negara (Lemsanag) mampu mengamankan data dari penyadapan. Pengamanan data tersebut bisa dilakukan dengan melakukan enkripsi dengan kata sandi. Sumber daya manusianya pun, kata Agus, harus dilatih agar mampu mengawal organisasi.
"Masalahnya juga belum semua alat komunikasi pejabat, pesawat, dan alat tempur dienkripsi," ucapnya.
Agus juga menyatakan Indonesia perlu bereaksi terhadap aksi penyadapan yang dilakukan negara lain. Reaksi tersebut penting, katanya, dalam menjaga kehormatan bangsa. Reaksi juga menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki kepedulian, sikap, dan harga diri. "Jadi jangan diam-diam saja. Sudah tahu disadap," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.