"Yang menentukan hitam putihnya republik ini, ya sembilan orang itu (para ketua umum partai di DPR)," kata Irman dalam diskusi di Akbar Tandjung Institute, Jakarta, Rabu (30/10/2013).
Ia menyatakan, kebobrokan negara ini disebabkan ketidakmampuan partai politik menjalankan fungsinya. Partai politik telah menggerogoti sistem presidensial. Dengan kata lain, parpol tak mampu melakukan perubahan karena mereka sendiri bagian dari masalah.
Ia juga mengkritik partai politik yang mengabaikan tujuan bernegara. Parpol hanya fokus pada pesta lima tahunan. Tujuan bernegara, katanya, adalah bagaimana mengoptimalkan dan meningkatkan kesejahteraannya dari hari ke hari. Jika partai politik hanya memikirkan penggantian nakhoda setiap lima tahun sekali, ia pesimistis Indonesia akan berubah dalam kurun waktu 10 atau 20 tahun lagi.
Dalam kesempatan yang sama, rohaniawan Romo Benny Susetyo mengkritik partai politik yang diisi oleh para petualang yang tak bervisi. Mengutip pada filsuf asal Yunani, Aristoteles, Benny mengatakan, negara seharusnya diisi para filsuf yang memiliki gagasan, bukan pedagang atau prajurit.
"Karena itulah, sekarang politik dipenuhi aktivitas bisnis dan transaksional, bukan pertarungan ide dan gagasan," katanya.
Ia juga menyoroti buruknya proses rekrutmen politik sebagai sumber masalah. Hal ini menyebabkan partai politik dikuasai oleh orang-orang yang memiliki kekuatan modal, bukan kader-kader yang memiliki pengalaman berorganisasi.
"Partai politik juga jangan hanya digunakan sebagai alat merebut kekuasaan, tapi juga untuk melayani kepentingan masyarakat," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.