JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komite Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Effendi Ghazali, mengakui bahwa konvensi yang diselenggarakan Partai Demokrat terasa hambar. Hal ini disebabkan tidak adanya persaingan antarpeserta konvensi sehingga setiap peserta terkesan berjalan sendiri-sendiri.
"Mudah-mudahan mereka (anggota komite) itu mengerti dengan persis bahwa yang namanya konvensi itu kontestasi," ujarnya di Jakarta, Sabtu (19/10/2013).
Effendi mencontohkan bagaimana konvensi yang digelar Partai Demokrat di AS saat Barack Obama beradu gagasan dengan Hillary Clinton tentang isu publik, seperti masalah aborsi, kesehatan, keterlibatan militer AS dalam perang Irak, dan sebagainya. Menurut Effendi, adu gagasan seperti itulah yang belum ada sehingga menyebabkan konvensi Partai Demokrat berjalan biasa-biasa saja. "Masak ada konvensi, tidak ada kontestasi?" katanya.
Ia menyebutkan, yang dilakukan oleh para peserta konvensi sejauh ini tidak efektif meningkatkan pamor konvensi di mata publuk. Setiap peserta, kata Effendi, perlu membandingkan antara dirinya dengan peserta lain. Dengan demikian, ketika seorang peserta menang dalam konvensi, dia siap berkontestasi dengan capres lain.
"Kalau mereka selama ini mendekati rakyat, lalu apa bedanya Anda dengan yang lain. Anda ngikuti mereka saja, tidak orisinal," ujarnya.
Pengajar di Universitas Indonesia itu mengatakan, anggota komite konvensi keliru dalam menafsirkan pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono. Kontestasi yang dimaksud, katanya, bukan menjegal atau menyerang, melainkan membandingkan perbedaan antarpeserta.
Selain tidak ada adu ide antarpeserta konvensi, Effendi juga menyinggung adanya ketidakadilan dalam pemberian akses di media massa, terutama televisi, kepada Partai Demokrat. Menurutnya, digital video broadcasting teresterial seharusnya dijalankan dengan benar. Dengan begitu, setiap partai politik memiliki kesempatan akses yang sama di media massa.
"Tidak seperti sekarang, kan tidak adil. Calon presiden bisa menyampaikan visi dan misinya berkali-kali, sementara yang lain tidak," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.