JAKARTA, KOMPAS.com
— Komisi Pemberantasan Korupsi didesak untuk mengungkap kemungkinan adanya pertemuan antara Ketua Mahkamah Konstitusi nonaktif Akil Mochtar dan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah serta adiknya, Tubagus Chaeri Wardana atau Wawan, di Singapura.

Desakan itu disampaikan Masyarakat Transparansi (Mata) Banten dan Aliansi Lembaga Independen Peduli Publik (ALIPP), Rabu (16/10/2013). Kedua lembaga itu menduga ada pertemuan antara Akil, Atut, dan Wawan di Singapura seperti diberitakan Kompas hari ini.

”Analisa kami, ketiga orang itu bertemu karena sudah lama kami mencium adanya kedekatan antara Atut dan Akil. Koneksi Golkar membuat mereka dengan mudah melakukan komunikasi,” kata juru bicara Mata Banten, Oman Abdurohman.

Surat pencegahan Atut ke luar negeri menguatkan dugaan kedekatan Atut dengan Akil. Sebab, lanjut Oman, dalam surat pencegahan itu disebutkan keterkaitan Atut dengan penanganan sengketa pemilihan kepala daerah tahun 2011-2013. Kebetulan, sengketa pemilihan Gubernur Banten tahun 2011 juga ditangani oleh Akil.

”Praduga kami, lewat Akil-lah Atut meneruskan kepentingan politiknya di MK,” tuturnya.

Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif ALIPP Suhada berpendapat, keberadaan Akil, Atut, dan Wawan dalam waktu bersamaan di Singapura menguatkan dugaan adanya pertemuan di antara ketiga orang tersebut. ”Itu juga merupakan fakta yang makin menguatkan dan meyakinkan dugaan keterlibatan Atut,” tuturnya.

Oleh karena itu, Mata Banten dan ALIPP mendorong KPK untuk mengungkap adanya pertemuan. Tidak hanya dengan meminta keterangan dari ketiganya, tetapi juga melacak hingga ke Singapura.

Berobat

Atas pemberitaan Kompas pagi ini, juru bicara keluarga Atut, Fitron Nur, belum banyak memberikan keterangan ketika dihubungi lewat telepon selulernya. Dia hanya mengatakan bahwa kepergian Atut ke Singapura untuk berobat. ”Tepatnya berobat rutin, check-up biasa, di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapura,” katanya.

Namun, ia tidak mengetahui kegiatan Wawan di Singapura. Sebab, katanya, Atut menyatakan tidak bertemu dengan Wawan di Singapura. Belum jelas benar apakah itu juga berarti bahwa Atut tidak bertemu Akil.

Seperti diberitakan, Akil, Atut, dan Wawan diketahui berakhir pekan di Singapura hari Sabtu, 21 September 2013 atau 11 hari sebelum KPK melakukan operasi tangkap tangan.

Berdasarkan data yang diperoleh Kompas, Akil tercatat pergi ke Singapura, Sabtu, 21 September 2013, pukul 05.00, sementara Atut pergi ke Singapura pada pukul 07.00 hari yang sama.

Adapun Wawan pergi ke Singapura sehari sebelumnya, Jumat sekitar pukul 19.00. Kepulangan mereka bertiga ke Indonesia tercatat berbeda waktu.

Atas temuan itu, kuasa hukum Akil Mochtar, Otto Hasibuan, menyatakan, Akil tak pernah bercerita tentang pertemuannya dengan Ratu Atut dan Wawan di Singapura. Akil hanya mengungkapkan bahwa dirinya pernah ke Singapura untuk berobat.

Dukungan tokoh Banten

Sementara itu, para tokoh pendiri Banten mendukung KPK untuk mengungkap penyelewengan yang terjadi di Banten. Para tokoh pendiri Banten itu sudah bertemu untuk berkonsolidasi.

Rencananya, para tokoh pendiri Banten itu akan mendatangi kantor KPK hari Kamis besok. Mereka akan memberikan dukungan kepada KPK untuk membongkar semua kasus korupsi di Banten.

Para tokoh itu diantaranya Tryana Sjam’un, Profesor Dodi Nandika, Profesor Yayat Suganda Priatna, Tubagus Farich Nahril, Mardini, Mochtar Mandala, Ali Yahya, Badri, Rii Hardaya, Suraka, Muchlis Yusuf, dan sebagainya.