Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pelaku Diberi Bayaran Rp 250 juta untuk "Habisi" Holly

Kompas.com - 16/10/2013, 19:52 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Lima orang pelaku pembunuhan Holly Angela di kamarnya di Apartemen Kalibata City, Jakarta Selatan, akan mendapatkan bayaran sebesar Rp 250 juta dari seseorang yang menginginkan Holly tewas.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Komisaris Besar Slamet Riyadi mengatakan, uang sebesar Rp 200 juta akan diberikan untuk lima orang pelaku pembunuh Holly, sementara Rp 50 juta lainnya diberikan untuk biaya operasional dalam menjalankan pembunuhan.
"Satu pelaku tewas, rencananya jatah dia akan diberikan ke keluarganya. Tapi uangnya masih sama P, salah satu tersangka yang masih buron," ujarnya di Mapolda Metro Jaya, Rabu (16/10/2013).

Slamet menjelaskan, seseorang yang menginginkan Holly tewas meminta kepada S untuk mencari eksekutor yang bisa membunuh Holly. Setelah itu S merekrut P, seorang tersangka yang masih buron. Setelah itu P merekrut AL, R, dan EL.

Selain merekrut pelaku lainnya, S yang merupakan sopir dari Gatot juga bertugas sebagai penyewa kamar di lantai enam Apartemen Kalibata City dan membuat duplikat kunci kamar Holly.

Sementara itu, P bertugas sebagai perekrut eksekutor untuk membunuh Holly dan mengamati semua gerak-gerik Holly. Sedangkan tiga orang lainnya, yaitu R, AL, dan EL, menerima tawaran P untuk melakukan eksekusi.

"Semuanya dibayar Rp 200 juta untuk pembunuhan, jadi masing-masing rencananya akan mendapat Rp 40 juta," kata Slamet.

Pelaku yang menjadi eksekutor ialah EL dan R. Sementara itu, AL dan S menunggu di luar kamar, serta P yang sudah bersiap di dalam mobil Xenia berwarna abu-abu yang akan digunakan untuk membuang jasad Holly.

Dua orang pelaku, yakni S dan AL, berhasil ditangkap polisi di Karawang dan Bojong Gede, Depok. Dua orang lainnya, yakni R dan P, masih dalam pengejaran polisi. Sementara seorang lainnya, yakni EL, tewas terjatuh dari lantai sembilan setelah mencoba untuk melarikan diri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

2 Pria Dikepung Warga karena Diduga Transaksi Narkoba, Ternyata Salah Paham

Megapolitan
Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Hasil Tes Urine Negatif, Anggota Polres Jaktim Dibebaskan Usai Ditangkap dalam Pesta Narkoba

Megapolitan
Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Terungkap, Wanita Hamil Bersimbah Darah di Kelapa Gading Tewas akibat Menggugurkan Janinnya Sendiri

Megapolitan
Ketakutan Pengemudi 'Online' Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Ketakutan Pengemudi "Online" Antar-Jemput Penumpang di Terminal Kampung Rambutan

Megapolitan
Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Akibat Pipa Bocor, Warga BSD Alami Gangguan Air Mati sejak Senin Dini Hari

Megapolitan
KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

KPU Buka Pendaftaran PPK Buat Pilkada DKI 2024, Ini Tahapan dan Syaratnya

Megapolitan
Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Serangan Mendadak ODGJ pada Pemilik Warung di Koja, Korban Kaget Tiba-tiba Didatangi Orang Bergolok

Megapolitan
Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Polisi: Pria yang Ditemukan Tewas di Apartemen Tebet Diduga karena Sakit

Megapolitan
Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Tanda Tanya Tewasnya Wanita Hamil di Ruko Kelapa Gading...

Megapolitan
Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Waswas Penonaktifan NIK Warga Jakarta, Jangan Sampai Bikin Kekisruhan

Megapolitan
Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Mau Jadi Cawalkot Depok, Sekda Supian Suri Singgung Posisinya yang Tak Bisa Buat Kebijakan

Megapolitan
Menguak Penyebab Kebakaran Toko 'Saudara Frame' yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Menguak Penyebab Kebakaran Toko "Saudara Frame" yang Memerangkap Tujuh Penghuninya hingga Tewas

Megapolitan
Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Kasus Bocah yang Setir Mobil Pameran hingga Tabrak Tembok Mal di Kelapa Gading Berujung Damai

Megapolitan
Tak Beda Jauh Nasib Jakarta Setelah Jadi DKJ, Diprediksi Masih Jadi Magnet Para Perantau dan Tetap Macet

Tak Beda Jauh Nasib Jakarta Setelah Jadi DKJ, Diprediksi Masih Jadi Magnet Para Perantau dan Tetap Macet

Megapolitan
Terpeleset Saat Mandi di Sungai Citarum, Jasad Nelayan Muaragembong Ditemukan Mengapung di Kepulauan Seribu

Terpeleset Saat Mandi di Sungai Citarum, Jasad Nelayan Muaragembong Ditemukan Mengapung di Kepulauan Seribu

Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com