Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Depan Anak Buah, Denny Indrayana Bagikan Kisahnya Melawan Korupsi

Kompas.com - 11/10/2013, 11:01 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Wamenhuk dan HAM) Denny Indrayana memberikan pengarahan kepada pejabat dan pegawai di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Pengarahan tersebut diberikan terkait Direktur Perdata Lilik Sri Haryanto yang diduga menerima suap terkait pengangkatan notaris di beberapa wilayah.

Dalam kesempatan tersebut, Denny sempat menceritakan mengenai kisah hidupnya melawan korupsi. Awalnya Denny memulai pengarahan dengan pemutaran film pendek berjudul 'Selamat Siang Risa'. Film tersebut bercerita tentang kisah hidup seorang pria yang sangat miskin. Namun di tengah kemiskinannya, pria tersebut tetap menolak menerima suap.

"Saya yakin, banyak kita disini punya cerita yang relatif sama dengan film tadi. Saya pribadi juga begitu," kata Denny usai pemutaran film.

Denny pun lantas curhat mengenai ayahnya yang mengidap penyakit jantung. Menurut Denny, saat itu keadaan cukup sulit. Ayahnya membutuhkan dana operasi hingga Rp 300 Juta. Namun Denny hanya mempunyai tabungan Rp 50 Juta.

Tawaran bantuan, lanjutnya, langsung datang dari berbagai pihak. Namun, Denny menolaknya karena khawatir bantuan yang diterima nantinya akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak tersebut. Akhirnya, Denny mencari solusi lain, yakni menjual mobil dan meminjam uang dari kerabat terdekat.

"Hasilnya, kondisi ayah saya sempat membaik, sebelum wafat tahun ini," lanjut Denny.

Sepeninggal ayahnya, Denny juga mengaku sempat menemukan sebuah dokumen. Dokumen tersebut berisi berkas perpanjangan paspor yang belum selesai diurus. Setelah ditelusuri, Denny mengaku ayahnya takut mengurus paspor tersebut.

"Dia khawatir kalau dateng ke kantor imigrasi dan diistimewakan. Nanti saya bisa protes," kata Denny.

Setelah itu, pengarahan yang semula dilakukan terbuka tiba-tiba diubah menjadi tertutup. Media yang semula memang diundang dan sudah berada di dalam ruangan, dipersilahkan untuk menunggu di luar.

"Oh disini ada media ya? Mohon maaf ya kita internal dulu," kata Denny.

Diberitakan sebelumnya, Lilik diduga menerima suap terkait pengangkatan notaris di beberapa wilayah yang dilakukan oleh Direktorat Perdata. Lilik disebut mendapat uang Rp 95 juta yang dimasukkan dalam amplop coklat. Amplop berisi uang tersebut awalnya diserahkan melalui staf Direktorat Perdata. Lilik kini sudah mengundurkan diri dari jabatannya. Pihak Kemenhuk dan HAM mengaku masih terus menyelidiki kasus dugaan suap yang menimpa Lilik tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Prabowo: Saya dan Gibran Manusia Biasa, Kami Butuh Bantuan dan Nasihat

Nasional
Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Diminta Kubu Anies Jadi Saksi Sengketa Pilpres 2024, Airlangga Tunggu Undangan MK

Nasional
Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Pakar Sebut Kesaksian 4 Menteri di Sidang Sengketa Pilpres Penting, Bisa Ungkap Politisasi Bansos

Nasional
Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Prabowo Bilang Demokrasi Tidak Mudah, tetapi Paling Dikehendaki Rakyat

Nasional
Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Menko Polhukam Sebut Pengamanan Rangkaian Paskah Dilakukan Terbuka dan Tertutup

Nasional
Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Prabowo-Gibran Buka Puasa Bareng Golkar, Semeja dengan Airlangga, Agung Laksono, dan Akbar Tandjung

Nasional
Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Fahira Idris: Pendekatan Holistik dan Berkelanjutan Diperlukan dalam Pengelolaan Kawasan Aglomerasi Jabodetabekjur

Nasional
KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

KPK: Baru 29 Persen Anggota Legislatif yang Sudah Serahkan LHKPN

Nasional
Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Dewas Sudah Teruskan Aduan Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar ke Deputi Pimpinan

Nasional
Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Rekening Jaksa KPK yang Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar Diperiksa

Nasional
Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Kasus Kredit Ekspor LPEI, KPK Buka Peluang Tetapkan Tersangka Korporasi

Nasional
Pakar Hukum Dorong Percepatan 'Recovery Asset' dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Pakar Hukum Dorong Percepatan "Recovery Asset" dalam Kasus Korupsi Timah yang Libatkan Harvey Moeis

Nasional
Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Sidak ke Kalteng, Satgas Pangan Polri Minta Pasar Murah Diintensifkan Jelang Lebaran

Nasional
Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Puspen TNI Sebut Denpom Jaya Dalami Dugaan Prajurit Aniaya Warga di Jakpus

Nasional
Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Bea Cukai dan Ditresnarkoba Polda Metro Jaya Gagalkan Peredaran Serbuk MDMA dan Kokain Cair

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com