Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan dari "Pertemuan di Toilet" Anggota DPR dan Calon Hakim Agung

Kompas.com - 01/10/2013, 08:25 WIB
Sabrina Asril

Penulis


KOMPAS.com — Proses seleksi calon hakim agung di Dewan Perwakilan Rakyat pada akhir September 2013 lalu tiba-tiba dihebohkan dengan peristiwa pertemuan di toilet antara calon hakim agung Sudrajad Dimyati dan anggota Komisi III dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa, Bahruddin Nashori. Dugaan demi dugaan pun terlontar. Baik Sudrajad maupun Bahruddin membantah melakukan deal tertentu di dalam toilet yang lokasinya terletak antara Komisi VIII dan Komisi I tersebut.

Baik Sudrajad maupun Bahruddin pun sudah dipanggil Komisi Yudisial dan Badan Kehormatan DPR. KY memastikan tidak ada pelanggaran yang dilakukan Sudrajad. Demikian pula dengan BK DPR yang mengaku kesulitan membuktikan adanya upaya lobi dari pertemuan di dalam toilet tersebut.

Meski keduanya membantah dan tak cukup bukti untuk membuktikan dugaan demi dugaan, tetapi ada yang terasa mengganjal dari pertemuan itu. 

KOMPAS.com/Indra Akuntono Calon Hakim Agung Sudrajad Dimyati
1. Lokasi toilet
Pertemuan antara Sudrajad dan Bahruddin terjadi pada tanggal 23 September 2013 siang hari. Saat itu, Sudrajad baru saja selesai menjalani seleksi dalam uji kepatutan dan kelayakan di Komisi III DPR. Performa Sudrajad pun cukup memukau, dia juga mendapat nilai tinggi dalam proses yang sama di KY sebelum akhirnya lolos ke DPR.

Seusai menjawab pertanyaan, Sudrajad sempat melakukan wawancara dengan sejumlah media yang meliput kegiatan seleksi calon hakim agung itu. Setelah itu, dia pamit pulang sambil melewati lorong antara Komisi I dan Komisi VIII. Di lorong ini terdapat dua buah toilet, yaitu pria dan wanita, yang terletak persis di samping Komisi VIII, jaraknya sekitar 15 meter dari lorong Komisi III. Sudrajad lalu masuk ke dalam toilet pria. Hanya berselang beberapa menit, menyusul Bahruddin.

Bahruddin mengaku terlambat datang ke seleksi tahap pertama. Saat dia datang ke Komisi III DPR, dia melihat Sudrajad yang baru saja selesai melakukan sesi tanya jawab dengan anggota-anggota komisi ini. Dia lalu mengambil fotokopi di Komisi III lalu menuju toilet. Di sekitar Komisi III sebenarnya juga ada toilet untuk anggota Dewan.

Toilet itu bahkan jaraknya lebih dekat karena berada tepat di samping ruang sekretariat Komisi III DPR. Toilet ini pun kerap dipakai anggota-anggota Komisi III lain. Namun, entah mengapa, Bahruddin memilih toilet yang sama dengan Sudrajad.

2. Mengapa bertanya kepada calon hakim?
Di dalam toilet, Sudrajad mengaku melihat seorang pria tua masuk tak lama setelahnya. Namun, ia tidak mengetahui siapa pria itu. Ia baru mengetahui dari media massa bahwa pria tua itu adalah Bahruddin. Saat Sudrajad merapikan celananya, Bahruddin memulai percakapan. Bahruddin mengeluarkan secarik kertas berwarna putih berisi daftar calon hakim agung. Bahruddin bertanya soal calon hakim agung non-karier kepada Sudrajad.

Kertas itu ditunjukkan Bahruddin kepada Sudrajad. "Untungnya ini (kertas) enggak disentuh. Cuma lihat saja, jadi enggak ada perpindahan barang. Jadi kalau diberitakan menerima sesuatu berarti kan ada perpindahan barang. Demi Tuhan saya enggak menerima apa pun," ujarnya.

Pernyataan Bahruddin ini dibenarkan oleh Sudrajad. Namun, terbersit sebuah keheranan dari Sudrajad tentang alasan Bahruddin menanyakan hal itu kepadanya.

“Coba tolong digali dan diungkapkan maksud dan tujuannya (bertanya kepada saya). Saya ingin tahu, kenapa tanya ke saya, kenapa tidak ditanya ke panitia seleksi?” ujar Sudrajad di Kompleks Parlemen, Senin (23/9/2013).

Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mengatakan, semua data tentang calon hakim agung sebenarnya sudah ada dalam satu buah dokumen tebal yang disiapkan sekretariat. Ia juga heran mengapa Bahruddin lebih memilih bertanya ke calon hakim agung daripada ke sekretariat. Meski demikian, Eva yakin rekannya itu tidak melakukan transaksi uang dalam pertemuan toilet itu. Toilet, menurutnya, adalah tempat yang cukup terbuka untuk melakukan tindakan curang.

3. Ke toilet hanya untuk bertanya?
Sudrajad terlebih dulu berada di dalam toilet yang terletak di lorong antara Komisi VIII dan Komisi I. Kemudian, disusul Bahruddin. Namun, saat masuk, Bahruddin yang mengaku ingin buang air kecil justru lebih mengutamakan mengeluarkan secarik kertas putih berisi daftar nama calon hakim agung kepada Sudrajad. Percakapan antara keduanya pun terbilang singkat. Seusai menjawab pertanyaan Bahruddin, Sudrajad yang memang sudah selesai buang air kecil langsung bergegas keluar.

Sudrajad mengaku tidak melihat Bahruddin buang air kecil. Ketua Pengadilan Tinggi Pontianak ini bingung mengapa Bahruddin ketika itu membawa kertas saat ingin ke toilet.

“Jadi saya tidak tahu maksudnya. Apakah orang tua yang buang hajat itu mau buang hajat atau tidak, karena dia pegang kertas. Saya tidak kenal,” ujar Sudradjad.

Sudrajad memang keluar lebih dulu, lalu diikuti Bahruddin. Namun, sejumlah saksi yang melihat kedua orang ini keluar dari toilet menyatakan rentang waktu antara Sudrajad dan Bahruddin keluar dari toilet cukup singkat, tidak sampai tiga menit.

Dari indikasi kejanggalan di atas, memang masih terlalu jauh untuk menyimpulkan adanya lobi-lobi, apalagi suap. Namun, peristiwa pertemuan di toilet ini setidaknya bisa membuat para anggota Dewan untuk lebih berhati-hati dan menjaga sikap. Apalagi, saat itu tengah dilakukan seleksi pejabat negara.

Peristiwa toilet ini, meski belum terbukti, nyatanya sudah "memakan" korban calon hakim agung Sudrajad. Meski mendapat nilai tinggi saat seleksi di KY, Sudrajad hanya mendapat satu suara dalam voting yang dilakukan di Komisi III DPR. Sudrajad pun harus mengandaskan impiannya menjadi hakim agung.

Bahruddin pun dirotasi oleh fraksinya. Bendahara Umum PKB itu kini dipindah ke Komisi II DPR, bertukar tempat dengan rekan separtainya, Abdul Malik Haramain.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Proses di PTUN Masih Berjalan, PDI-P Minta KPU Tunda Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

DKPP Verifikasi Aduan Dugaan Ketua KPU Goda Anggota PPLN

Nasional
Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Kasus Eddy Hiariej Dinilai Mandek, ICW Minta Pimpinan KPK Panggil Jajaran Kedeputian Penindakan

Nasional
KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

KPU Undang Jokowi Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran Besok

Nasional
Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Cak Imin Mengaku Belum Dapat Undangan KPU untuk Penetapan Prabowo-Gibran

Nasional
Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Tentara AS Meninggal Saat Tinjau Tempat Latihan Super Garuda Shield di Hutan Karawang

Nasional
DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

DKPP Terima 200 Aduan Pelanggaran Etik Penyelenggara Pemilu Selama 4 Bulan Terakhir

Nasional
Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasdem-PKB Sepakat Tutup Buku Lama, Buka Lembaran Baru

Nasional
Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Tentara AS Hilang di Hutan Karawang, Ditemukan Meninggal Dunia

Nasional
Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Lihat Sikap Megawati, Ketua DPP Prediksi PDI-P Bakal di Luar Pemerintahan Prabowo

Nasional
PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa 'Abuse of Power'

PDI-P Harap Pilkada 2024 Adil, Tanpa "Abuse of Power"

Nasional
PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

PKS Belum Tentukan Langkah Politik, Jadi Koalisi atau Oposisi Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

KPK Duga Biaya Distribusi APD Saat Covid-19 Terlalu Mahal

Nasional
Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Anggap Jokowi dan Gibran Masa Lalu, PDI-P: Enggak Perlu Kembalikan KTA

Nasional
Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Naik Kereta Cepat, Ma'ruf Amin Kunjungan Kerja ke Bandung

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com