Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akurasi Daftar Pemilih Harus Dipastikan, Penetapannya Juga Tak Boleh Molor

Kompas.com - 25/09/2013, 08:18 WIB
Deytri Robekka Aritonang

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – DPR dan pemerintah meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengecek terus data pemilih untuk memastikan akurasi daftar pemilih sebelum mengumumkannya kepada publik. Meski demikian, penetapan Daftar Pemilih Tetap (DPT) nasional harus tetap sesuai jadwal, yakni paling lambat 23 Oktober 2013.

“Perbaikan DPT di tingkat kabupaten/kota harus tetap tidak mengubah penetapan secara nasional," kata Wakil Ketua Komisi II DPR, Arif Wibowo, usai rapat tertutup antara DPR, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), KPU dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Rabu (25/9/2013) di Gedung Kemendagri, Jakarta Pusat. Meski demikian, kata dia, akurasi DPT harus benar-benar menjadi pertimbangan KPU.

Arif mengatakan KPU harus dapat membuktikan kesahihan dan akurasi data pemilih untuk Pemilu 2014 melalui data dan fakta. “Bukan sekadar rasa, tapi tentu ada fakta, juga data,” tegas dia.

Sebelumnya, penetapan DPT di tingkat kabupaten kota diminta ditunda selama 30 hari, dalam rapat dengar pendapat antara DPR, KPU, Bawaslu, serta Direktorat Jendral Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri, Rabu (11/9/2013). KPU diminta memperbaiki data daftar pemilih dengan mengecek langsung di lapangan.

Keraguan atas akurasi DPT muncul dari beragam kalangan, sehingga penetapannya pun diragukan bisa dilakukan tepat waktu. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES), adalah salah satu yang meragukan hal itu.

Direktur LP3ES Kurniawan Zein menilai, masih banyak daftar pemilih sementara hasil perbaikan (DPSHP) yang bermasalah. "Kami tidak tahu apakah sisa waktu sampai dengan 13 Oktober mencukupi, kami agak skeptis. Karena kalau dilihat dari cara komunikasi dua lembaga tersebut pada saat rapat dengan Komisi II DPR, mengindikasikan keduanya tidak memiliki inisiatif kerja sama terhadap perbaikan daftar pemilih dan saling lempar tanggung jawab," papar dia, Selasa (24/9/2013).

Perbedaan data pemilih milik KPU dan Dukcapil Kemendagri, menurut dia memperlihatkan ada masalah dalam daftar pemilih. Untuk itu, dia menegaskan kedua lembaga itu harus duduk bersama untuk mencermati dan memperbaiki DPSHP. Dia pun menilai kekacauan daftar pemilih hanya masalah teknis.

Sebelumnya, Ketua KPU Husni Kamil Manik mengakui ada 65 juta data pemilih yang belum sinkron, yaitu nomor induk kependudukan yang lebih atau kurang jumlah digitnya dibandingkan ketentuan resmi susunan NIK menurut Kemendagri. Jumlah standar dalam NIK adalah 16 digit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com