JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo menilai, kader Demokrat harus memilih antara Partai Demokrat dengan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) bentukan Anas Urbaningrum. Menurut Pramono, tidak bisa kader berada di dua tempat yang berbeda ideologi.
Pramono mengingatkan kader bahwa Anas sudah memilih keluar dari Demokrat. Menurutnya, tidak masalah jika Anas tetap mendukung Demokrat. Namun, Pramono menilai Anas telah bersebrangan dengan Demokrat.
Penilaian Pramono itu muncul atas dasar diterbitkannya buku Anas Urbaningrum Tumbal Politik Cikeas. Buku itu ditulis Ma'mun Murod Al-Barbasy, loyalis Anas.
"Kalau seseorang sudah mengambil posisi di luar, ambilah posisi itu. Jangan satu kaki di kiri, satu di kanan. Kita harus berani, mau di kiri atau mau di kanan. Ambil posisi yang jelas. Jangan kalau enak mau, gak enak gak mau. Jangan engkau mendua," kata Pramono di sela-sela peresmian Media Center Pramono Edhie di Jakarta, Senin (23/9/2013).
Terkait pemberian sanksi untuk dua politisi Demokrat, Gede Pasek Suardika dan Saan Mustopa, dengan pencopotan dari kepengurusan Fraksi Demokrat di DPR, Pramono tidak mau berkomentar. Alasannya, hal itu kewenangan DPP.
Seperti diketahui, Saan dicopot sebagai Sekretaris Fraksi dan Pasek dicopot sebagai Ketua Komisi III. Sanksi itu setelah Saan menghadiri deklarasi PPI di kediaman Anas di Duren Sawit, Jakarta Timur. Adapun Pasek masuk dalam kepengurusan PPI sebagai Sekjen.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.