"Pekan depan, si Bahruddin sama si wartawan yang saksi. Yang mengetahui. Setelah itu baru si hakim itu, si Dimyati," kata pria kelahiran Brebes tersebut di Gedung KY, Jakarta, Jumat (20/9/2013).
"Kalau Pak Drajad mau datang, mau klarifikasi, ya silakan saja," katanya.
Mantan dosen Universitas Bengkulu tersebut menyatakan bahwa lembaganya akan mempelajari terlebih dahulu, apakah lobi tersebut masih dalam tahap tawar-menawar atau sudah terjadi. Nantinya, hasil pemeriksaan mengenai lobi tersebut akan dikaitkan tersebut dengan UU No 20 tahun 2001 Hasil Perubahan UU No 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi.
"Kita pelajari dulu ya," katanya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa KY akan bersikap konsisten hasil pemeriksaan nantinya terbukti terjadi tindak pidana korupsi. Jika terbukti, lanjutnya, ia bersama dengan anggota KY lainnya akan sepakat untuk memberikan sanksi berupa pencoretan terhadap calon hakim yang bersangkutan tanpa melihat hasil penilaian seleksi sebelumnya.
"Padahal (seleksi calon hakim agung di DPR) sudah tahap akhir loh," imbuhnya.
Bantah lobi di toilet
Tak diketahui apa isinya, proses penyerahan benda itu terjadi dalam hitungan detik. Saat dikonfirmasi, Sudrajad membantah melakukan lobi khusus untuk melancarkan niatnya terpilih sebagai hakim agung. Menjawab pertanyaan ini, terlihat kepanikan dari wajah dan bahasa tubuhnya. Berkali-kali ia memilih menyibukkan diri dengan telepon genggamnya dan tak menjawab pertanyaan dengan jelas.
"Tidak ada (lobi khusus), saya ke kamar mandi karena ingin kencing," kata Sudrajad.
Secara terpisah, Bahruddin juga membantah menerima sesuatu dari Sudrajad saat keduanya bertemu di toilet. Bahruddin mengaku hanya ingin menanyakan mengenai sejumlah calon hakim agung kepada Sudrajad. Setelah pertemuan dengan Sudrajad, Bahruddin tak tampak di ruang rapat Komisi III. Bahkan, ketika uji kelayakan menjalani sesi break sekitar pukul 13.00, Bahruddin masih belum kembali ke ruang rapat tersebut.
"Enggak. Saya cuma nanya ada berapa calon (hakim agung) yang perempuan, dan ada berapa calon yang nonkarier," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.