Dengan blusukan, diharapkan rakyat akan memberikan dukungan untuk memenangi Pemilihan Umum 2014.
”Cara blusukan ini lebih efektif ketimbang pawai hura-hura atau rapat akbar yang, selain biayanya terlalu besar, belum tentu juga tepat sasaran,” kata Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu PDI-P TB Hasanuddin di Jakarta, Kamis (5/9).
Model kampanye yang langsung terjun ke masyarakat ini, menurut dia, memiliki nilai lebih dalam menyentuh hati rakyat.
Model blusukan ini sejatinya lazim dilakukan anggota legislatif yang mendatangi konstituennya pada masa reses.
Namun, istilah ”blusukan” mulai dikenal mengemuka di publik saat kader PDI-P, Joko Widodo, berkampanye ketika maju dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta.
Istilah ini makin menjadi lekat dalam citra Jokowi karena setelah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ia justru lebih sering blusukan. Ritme seperti ini sudah dilakukannya sejak menjadi Wali Kota Solo.
”Strategi pemenangan akan berbasis TPS (tempat pemungutan suara) dan akan dikelola PAC (pengurus anak cabang) dan DPC (dewan pimpinan cabang). Jadi, persiapan terpenting adalah bagaimana struktur partai, caleg, tokoh, dan kader panutan partai dapat menyampaikan program PDI-P mendatang,” katanya.
Di luar strategi itu, kader PDI-P yang berkiprah di eksekutif ataupun legislatif juga diwajibkan untuk menunjukkan kinerja yang baik dan keberpihakan kepada rakyat.
Mereka juga harus bersih dari kasus korupsi, narkoba, dan tindakan maksiat. Dengan langkah nyata itu, diharapkan rakyat makin bersimpati kepada PDI-P.
Pemetaan wilayah
Penyusunan strategi pemenangan pemilu kali ini juga mengadopsi metodologi ilmiah dalam memetakan basis suara dan kelemahan partai di setiap wilayah. Menurut Hasanuddin, pemetaan didasarkan pada hasil pemilu, pilkada, serta survei.
”Dari situ juga dicari tahu mengapa di suatu wilayah itu kami lemah hingga akhirnya diperoleh solusi mengenai apa
yang harus dilakukan untuk meraih simpati rakyat di sana,” kata Hasanuddin.
Sekretaris Jenderal PDI-P Tjahjo Kumolo menyatakan, faktor netralitas lembaga negara dimungkinkan memengaruhi hasil pemilu mendatang. ”Kami siap memenangi Pemilu 2014. Namun, kami juga berharap pemilu dapat berjalan demokratis, KPU bisa bertindak netral, demikian juga intelijen dan lembaga-lembaga lain, hingga tidak ada lagi kekisruhan dalam pemilu,” katanya.
Momentum