Salah satu simulasi bercerita tentang kerusuhan yang terjadi pada masa kampanye dan pada saat presiden dan wakil presiden baru sudah terpilih.
Ceritanya, suasana kota Tanjung tengah dalam masa tenang setelah kampanye. Satpol PP mencabut tanda gambar calon presiden yang masih terpasang, dan memberi imbauan kepada masyarakat untuk mencabut alat-alat peraga milik calon-calon presiden yang masih terpasang.
Ditemui di suatu jalan, gambar capres yang masih terpasang. Pendukung capres lainnya tidak menginginkan gambar tersebut masih terpasang. Mereka lalu datang dan merobek-robek gambar calon presiden tersebut.
Anggota kepolisian dengan perintah Kapolres datang untuk memberi imbauan agar warga tidak bertindak anarkis. Ternyata warga melawan dan kepolisian langsung sigap mengatasi. Beberapa orang diamankan lalu dibawa ke posko untuk diserahkan kepada unit reskrim.
Kemudian, Pemilu sudah diselenggarakan dan calon presiden serta calon wakil presiden Indonesia sudah terpilih. Ternyata, ada massa yang unjuk rasa di depan tempat pelantikan, gedung DPR RI.
Polisi yang sudah mendapatkan informasi mengenai adanya unjuk rasa sudah berjaga-jaga menantikan kedatangan para pengunjuk rasa. Para pendemo di depan gedung DPR RI ini berencana menggagalkan jalannya pelantikan capres dan cawapres, serta menuntut pemilu ulang. Situasi semakin tidak terkendali.
Massa menimpuki barikade petugas, membakar dan merusak fasilitas umum yang ada disekitar gedung pelantikan. Lalu massa di semprot dengan water canon dan ditembakan gas air mata. Petugas bermaksud membubarkan massa supaya terpecah jadi kelompok-kelompok kecil sehingga mudah dibubarkan. Massa mulai terdorong kebelakang, lalu petugas memasang pagar berduri, agar massa tidak dapat memasuki lokasi pelantikan capres dan cawapres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.