Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sinta Wahid: Kalau Bilang Toleransi Lebih Baik, "Mbok Yo" Lihat Kondisi Sebenarnya...

Kompas.com - 16/08/2013, 18:11 WIB
Ariane Meida

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Istri almarhum mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid, Sinta Nuriyah Wahid, mengatakan, kondisi toleransi di Indonesia saat ini masih tetap memprihatinkan. Berdasarkan laporan yang masuk kepadanya sebagai penerima laporan tentang intoleransi dan kebebasan beragama serta dampaknya bagi perempuan, kondisi toleransi di Indonesia belum ada kemajuan dan tidak lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Oleh karena itu, dia menilai, klaim bahwa toleransi antar-umat beragama di era Presiden SBY lebih baik itu salah besar.

"Kalau kita mengatakan bahwa kondisi kerukunan antar-umat beragama itu lebih baik, mbok yo dilihat, setiap hari minggu, GKI Yasmin, HKBP, itu masih beribadah di depan istana, Ahmadiyah juga masih dikejar-kejar seperti itu, kemudian kasus Cikesik, Syiah, lah itu kan sudah menunjukkan," ujar Sinta sesuai seremonial penyerahan dana bantuan pendidikan kepada Samsu Julianto, suami almarhumah Tri Munarti, korban tabrak lari dalam peristiwa kerusuhan FPI di Kendal, Jumat (16/8/2013), di Wahid Institute, Jakarta.

Menurut Sinta, masyarakat Indonesia sudah semenjak dahulu hidup dalam kebhinekaan. Perbedaan yang sudah ada sejak dulu hingga saat ini tentu tidak dapat diingkari.

Ia menambahkan, kemerdekaan negara Indonesia diperjuangkan oleh semua komponen masyarakat. Oleh karena itu, lanjutnya, baik pemerintah maupun masyarakat harus bekerja sama dengan melihat bahwa orang-orang di sekitarnya adalah saudara sebangsa dan bertanggung jawab menjaga kerukunan.

"Jadi, seharusnya ya kita ini hidup rukun, saling bergandengan, saling menghormati dan menghargai. terutama kepada masyarakat minoritas, dan itu tidak menyimpang dari agama Islam. Rasulullah mengajarkan kerukunan hidup yang dituangkan dalam Piagam Madinah bahwa kita umat Islam bisa hidup rukun, hidup berdampingan, dan melindungi kelompok minoritas," ujar Sinta.

Sementara itu, dalam pidato kenegaraan di depan sidang paripurna DPR-DPD RI, Jumat (16/8/2013), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyadari masih banyaknya tantangan dalam kehidupan majemuk rakyat Indonesia. Namun demikian, Presiden menilai, secara umum, kehidupan bertoleransi di Indonesia sudah baik.

"Secara umum, hubungan antar-kelompok dan golongan dalam masyarakat kita yang majemuk, sesungguhnya masih terjaga. Walaupun begitu, saya sungguh prihatin dengan masih terjadinya sejumlah insiden intoleransi dan konflik komunal, yang di antaranya bahkan disertai dengan kekerasan. Sebenarnya, itu semua dapat dicegah apabila kita senantiasa mengedepankan dialog," tegasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Soal Perpanjangan Kontrak Shin Tae-yong, Menpora: Prinsipnya Kami Ikuti PSSI

Nasional
Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Soal Potensi Jadi Ketum Golkar, Bahlil: Belum, Kita Lihat Saja Prosesnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com