Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kritik Presiden SBY: Dari Langkah Komandan Upacara, sampai Lagu Terlalu "Slow"

Kompas.com - 15/08/2013, 13:05 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengoreksi beberapa hal terkait pelaksanaan geladi bersih upacara peringatan HUT ke-68 Kemerdekaan Republik Indonesia di halaman Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (15/8/2013).

Koreksi disampaikan Presiden seusai geladi bersih di hadapan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas pelaksanaan upacara HUT RI.

"Saya sembilan kali jadi irup (inspektur upacara), jadi mengerti mana yang kurang, mana yang sudah bagus," kata Presiden.

Koreksi pertama, Presiden meminta pembawa acara lebih semangat. Pada awal upacara, Presiden menilai pembawa acara terlalu slow ketika membacakan rangkaian acara. Padahal, pembawa acara dapat berdampak kepada suasana secara keseluruhan.

"Meski belakangan sudah mulai muncul beat-nya, semangatnya, tekanannya, kalau slow, semua kebawa nanti. Padahal, ini hari merdeka yang kita perlu energi untuk meramaikan ulang tahun kemerdekaan kita," kata Presiden.

Koreksi kedua Presiden kepada komandan upacara yang dinilai kurang bersemangat ketika menyampaikan laporan. Presiden mengatakan, ada anggapan bahwa laporan di hadapan Presiden jangan terlalu keras. Menurutnya, anggapan itu salah. Untuk itu, SBY meminta ada tekanan saat laporan komandan upacara.

Presiden juga mengoreksi langkah komandan upacara dan komandan Paskibraka. "Langkahnya dipercepat. Tak, tak, tak," kata Presiden menirukan suara langkah.

Presiden lalu mengoreksi Korps Musik (Korsik) yang tidak serempak ketika mengangkat dan menurunkan alat musik. Presiden menilai hal itu menganggu. Untuk itu, ia meminta dilatih kembali berkali-kali. Menurut SBY, berdasarkan pengalamannya ketika menjadi anggota drum band di Akademi Militer, mengangkat dan menurunkan alat musik serta sikap sempurna bisa bersamaan.

Presiden juga meminta agar sound system di seluruh lokasi diperbesar. Jika suara kurang, gegap gempita peringatan HUT RI tidak muncul. "Padahal, kekuatannya di situ," ujar Presiden.

Koreksi Presiden paling lama terhadap lagu-lagu. Presiden ingin agar lamanya nyanyian lagu-lagu perjuangan dan lagu daerah dikurangi. Lagu-lagu daerah tidak perlu dinyanyikan utuh.

"Cukup beberapa bait, atau sudah ketahuan lagu dari daerah mana lalu nyambung lagu berikutnya. Tapi, kalau itu sulit melatihnya karena lusa sudah main, maka jumlah lagunya dikurangi. Kalau terlalu lama (lagu), yang berdiri bisa ada apa-apanya nanti," kata Presiden.

Koreksi Presiden terakhir ialah terhadap nyanyian lagu karyanya berjudul "Bangga Jadi Anak Indonesia". Menurut Presiden, nyanyian lagu itu juga terlalu slow sehingga tidak pas untuk dibawakan di Hari Kemerdekaan.

"Kalau model begitu di depan acara yang bukan upacara begini, itu bagus. Tapi, kalau lagunya bersemangat, beat-nya muncul, temponya pas, kemudian tidak lengang akan bagus. Jadi, koreksi saya lagu 'Bangga Jadi Anak Indonesia' interlude-nya terlalu lengang, temponya terlalu lambat. Tolong diperbaiki masih ada waktu. Dengan demikian tidak jomplang antara lagu sebelumnya, lagu 'Bangga Jadi Anak Indonesia' dan medley lagu-lagu daerah," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

PPP Siap Gabung, Demokrat Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

PDI-P Jaring Nama Potensial untuk Pilkada DKI 2024, yang Berminat Boleh Daftar

Nasional
Hasto Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Hasto Sebut "Amicus Curiae" Megawati Bukan untuk Intervensi MK

Nasional
Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Iran Serang Israel, Jokowi Minta Menlu Retno Upayakan Diplomasi Tekan Eskalasi Konflik Timur Tengah

Nasional
Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nilai Tukar Rupiah Terus Melemah, Gubernur BI Pastikan Akan Ada Intervensi

Nasional
PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik Supaya 'Survive'

PDI-P Dukung PPP Lakukan Komunikasi Politik Supaya "Survive"

Nasional
PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

PPP Siap Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran, PAN: Jangan Cuma Bicara, tapi Akui Kemenangan 02

Nasional
Kesimpulan Tim Ganjar-Mahfud: Jokowi Lakukan Nepotisme dalam 3 Skema

Kesimpulan Tim Ganjar-Mahfud: Jokowi Lakukan Nepotisme dalam 3 Skema

Nasional
Diduga Terima Gratifikasi Rp 10 M, Eko Darmanto Segera Disidang

Diduga Terima Gratifikasi Rp 10 M, Eko Darmanto Segera Disidang

Nasional
PKB Sebut Prabowo dan Cak Imin Belum Bertemu Setelah Pilpres 2024

PKB Sebut Prabowo dan Cak Imin Belum Bertemu Setelah Pilpres 2024

Nasional
Megawati Serahkan Amicus Curiae terkait Sengketa Pilpres, Harap MK Mengetuk 'Palu Emas'

Megawati Serahkan Amicus Curiae terkait Sengketa Pilpres, Harap MK Mengetuk 'Palu Emas'

Nasional
PKB Baru Tentukan Langkah Politik Setelah Putusan MK soal Sengketa Pilpres

PKB Baru Tentukan Langkah Politik Setelah Putusan MK soal Sengketa Pilpres

Nasional
Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Dampak Geopolitik Usai Iran Serang Israel

Jokowi Kumpulkan Menteri Bahas Dampak Geopolitik Usai Iran Serang Israel

Nasional
Pasca-bentrokan Brimob dan TNI AL di Sorong, Pangkoarmada III Pastikan Tindak Tegas Para Pelaku

Pasca-bentrokan Brimob dan TNI AL di Sorong, Pangkoarmada III Pastikan Tindak Tegas Para Pelaku

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Sebut Keterangan 4 Menteri di Sidang MK Tak Menjawab Fakta Politisasi Bansos

Kubu Ganjar-Mahfud Sebut Keterangan 4 Menteri di Sidang MK Tak Menjawab Fakta Politisasi Bansos

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com