JAKARTA, KOMPAS — 
Dengan diajukannya Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Moeldoko sebagai calon panglima TNI, jabatan KSAD akan diisi personel baru. KSAD yang baru diharapkan bersikap netral mengingat jati dirinya dan tidak sekadar menjadi alat pemerintah.

”TNI, termasuk TNI AD, adalah alat negara,” kata Kiki Syahnakri, Ketua Badan Pengkajian Persatuan Purnawirawan Angkatan Darat, pekan lalu. Kiki mengingatkan, tugas utama KSAD adalah membuat jajaran TNI AD siap tempur. Ini berarti terkait dengan organisasi dan personel.

Oleh karena itu, salah satu syarat penting bagi KSAD mendatang adalah kemampuannya dalam hal-hal teknis militer. Ini mulai dari doktrin TNI AD secara umum hingga kemampuan doktrin operasi, seperti lintas udara, gerilya, dan lawan gerilya.

”Banyak KSAD yang diangkat karena alasan politis sehingga kurang memegang doktrin-doktrin ini,” tutur Kiki.

Anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin, mengatakan, dalam kondisi politik saat ini, ketika peran TNI masih menjadi unsur penting dalam perhitungan politik, sulit melihat KSAD sebagai jabatan yang benar-benar profesional. Menurut dia, siapa pun yang menjadi KSAD dalam keadaan politik seperti ini mempunyai potensi bias politik.

Melihat hal tersebut, kata Hasanuddin, ada kesan pembinaan karier di TNI, termasuk TNI AD, hanya formalitas. Contohnya, KSAD Jenderal Moeldoko hanya tiga bulan menjadi KSAD langsung diajukan menjadi calon panglima TNI. Padahal, dalam sistem pembinaan, sebuah jabatan sebaiknya dipegang minimal selama enam bulan. Hal ini tentunya bukan menjadi kesalahan yang bersangkutan, melainkan karena sistem yang belum sempurna. Hal serupa juga berlaku dalam penentuan jabatan KSAD.

”Syarat menjadi KSAD mengikuti merit system, yaitu calonnya adalah mereka yang saat ini bintang tiga,” kata Hasanuddin.

Calon kuat

Di antara beberapa perwira tinggi TNI AD yang menyandang pangkat letnan jenderal, beberapa orang disebut-sebut sebagai calon kuat KSAD. Mereka adalah Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Budiman, Sekretaris Jenderal Dewan Pertahanan Nasional Waris, Panglima Komando Strategis Angkatan Darat Letnan Jenderal Gatot Nurmantyo, dan Wakil KSAD Letnan Jenderal Muhammad Munir.

Kiki mengatakan, dari kriteria netralitas dan faktor-faktor lain, seperti usia serta pengalaman di bidang pembinaan dan penggunaan, menurutnya Gatot Nurmantyo adalah calon KSAD yang paling kuat.

Sementara Hasanuddin menyebutkan nama Budiman dan Muhammad Munir sebagai calon kuat KSAD. Hasanuddin beralasan, kedua orang ini pernah menjadi orang kepercayaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, baik sebagai ajudan maupun sekretaris militer. (EDN)