Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Mabuk' Batik di Pasar Setono Pekalongan

Kompas.com - 09/08/2013, 08:48 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis


PEKALONGAN, KOMPAS.com - Jangan kira mabuk hanya diakibatkan oleh minuman keras atau terjadi di perjalanan saja. Mabuk juga bisa terjadi di Pasar Grosir Batik Setono, Pekalongan, Jawa Tengah.

Kira-kira guyonan itulah yang dilontarkan salah seorang pengunjung pasar berasal dari Jakarta bernama Arifin (35). Bagaimana tidak, 600 kios menjajakan aneka batik berupa kaos, kemeja, hingga asesoris.

"Mabuk pasti kan, banyak sekali pilihannya,"ujar Arifin saat ditemui Kompas.com mengunjungi Pa sar Batik Setono Pekalongan.

Ia menyeka keringat di dahinya usai berputar-putar mencari batik untuk oleh-oleh keluarga serta rekan kerjanya. Pria itupun kembali menghampiri toko batik lainnya, meski beberapa plastik belanja batik sudah terpegang erat di tangan kanannya.

Pasar yang menjadi sentra batik di Pekalongan itu berada di Jalan Dr Sutomo Pekalongan, jalur utama pantai utara yang menghubungkan antara Tegal - Semarang. Pasar yang diawali dengan perkumpulan warga pebatik sekitar tahun 1939 itu menjadi pusat perdagangan batik yang cukup tenar di Pulau Jawa.

Khoiru Saifudin, salah seorang pedagang di sana mengungkapkan, tak hanya menjajakan batik di kios-kios, para pedagang di pasar itu juga menyuplai batik ke penjuru Tanah Air, misalnya Pasar Tanah Abang Jakarta, Yogyakarta, Bali, Makassar serta beberapa provinsi di Pulau Sumatera.

"Kebanyakan, pedagang di sini nggak buka di tempat lain. Cuma suplai. Pada pilih di sini," ujarnya.

Soal harga, tentu relatif. Kualitas bahan menentukan harga yang harus dibayar pengunjung. Di toko Khoiru misalnya, kemeja batik lengan panjang dengan bahan katun dihargai Rp 50.000 saja, tapi, bahan sutra bisa mencapai harga Rp 4juta.

Sementara itu, batik lengan pendek berbahan katun dihargai Rp 25.000, dan yang berbahan sutra mencapai Rp 2 juta. Daster wanita dewasa ber kisar Rp 25.000 hingga Rp 200.000. Pengunjung yang hanya ingin membeli bahan batik dapat merogoh kocek Rp 50.000 per 2 meter.

Momentum Idul Fitri seperti saat ini, sangat dimanfaatkan pedagang betul untuk meraup untung. Pemudik yang melewati jalur pantura sebagian besar menghentikan kendaraannya untuk membeli batik.

Sayangnya, pengunjung yang datang di Lebaran 1434 Hijriah ini tak lagi bisa menikmati harga batik yang lebih murah seperti tahun sebelumnya. Kenaikan harga BBM bersubsidi mendongkrak harga beberapa jenis batik yang didagangkan.

Upaya meraup untung yang lebih besar oleh pedagang pun diurungkan, meski ada beberapa barang yang harganya naik. Mereka berfikir lebih baik untung sedikit tapi pengunjung tetap banyak yang datang ketimbang sebaliknya.

"Ada beberapa harga batik yang naik. Nggak semuanya, misalnya batik khusus perempuan saja. K enaikannya maksimal 10 persen saja," lanjutnya. Nah, bagaimana, ingin mencoba mabuk di tengah-tengah pasar batik Setono?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Pj Gubri Ajak Pemkab Bengkalis Kolaborasi Bangun Jembatan Sungai Pakning-Bengkalis

Regional
Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Diskominfo Kota Tangerang Raih Penghargaan Perangkat Daerah Paling Inovatif se-Provinsi Banten

Regional
Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com