Ia menjelaskan, kondisi penghuni lapas yang melebihi kapasitas semakin diperparah dengan bercampurnya tahanan dari berbagai bentuk pelanggaran hukum. Tahanan yang tidak mendapatkan pendampingan secara mental dicampur dengan tahanan kasus terorisme dan narapidana kasus narkoba.
"Yang terburuk adalah over capacity, maka situasi chaos bisa terjadi. Dipicu dari pertikaian antarnapi atau situasi yang tidak manusiawi, maka kejadian pembakaran dan larinya napi adalah suatu keniscayaan," kata Eva saat dihubungi pada Jumat (12/7/2013).
Politisi PDI Perjuangan ini menegaskan, para tahanan yang melarikan diri harus kembali ditangkap. Sejalan dengan itu, peristiwa ini harus menjadi pelajaran untuk Kementerian Hukum dan HAM agar ke depan pengelolaan lapas tidak separah saat ini.
Secara terpisah, Anggota Komisi III asal Fraksi Golkar Nudirman Munir menyampaikan bahwa kapasitas Lapas Klas I Tanjung Gusta membludak karena penegak hukum terus melakukan kriminalisasi hukum. Ia menuding banyak pihak yang tak bersalah akhirnya masuk dalam tahanan karena keadilan hukum tidak berhasil ditegakkan.
"Itulah penegak hukum terus saja melakukan kriminalisasi hukum, orang yang tidak harus dihukum, dihukum. Akhirnya yang tidak bersalah jadi korban, dan penjara penuh," ujar Munir.
Seperti diketahui, pada Kamis (11/7/2013) malam, para tahanan di Lapas Klas I Tanjung Gusta, Medan, Sumatera Utara, mengamuk lantaran kehidupannya tak diperhatikan secara layak. Amuk dilakukan dengan cara membakar beberapa bagian lapas, melempari petugas dengan batu, dan lainnya melarikan diri. Kemenhuk dan HAM belum bisa memastikan berapa jumlah tahanan yang melarikan diri. Saat ini aparat gabungan masih fokus untuk mengendalikan situasi di lapas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.