JAKARTA, KOMPAS.com — Upaya pemerintah pusat memadamkan api di kawasan Riau bukan untuk kepentingan Singapura dan Malaysia, melainkan untuk kepentingan warga Riau. Hal ini ditegaskan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (25/6/2013). Pasalnya, menurut Syamsul, justru Indonesia yang paling terkena dampak dari kebakaran tersebut.
"Kita ini bertindak untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia. Kalau ada alam yang membantu asap itu bergerak ke negara tetangga, it's okay. Ini juga tidak semata-mata karena manusia, tapi karena alam juga," katanya.
Pemerintah pusat mengirimkan sebanyak 1.400 anggota Satgas Penanggulangan Penanggulangan Asap dari Kepolisian, TNI, BNPB, dan Kementerian Kehutanan hari ini ke Riau. Sebanyak 852 orang akan dikirimkan dalam rombongan selanjutnya. Di Riau, sudah ada 2.300 orang yang tengah berupaya memadamkan api di delapan kabupaten.
Syamsul mengatakan, pemerintah tengah mencari pesawat sewaan dari negara lain, di antaranya milik Rusia, Kanada, Korea, dan Australia untuk water booming. Pemadaman dari udara dilakukan lantaran sulit melalui darat. Adapun hujan buatan, kata dia, sangat tergantung cuaca.
Meski demikian, pengerahan Satgas dari darat untuk memadamkan api tetap diupayakan. Mereka, kata Syamsul, juga berupaya melakukan pencegahan jangan sampai ada titik api baru. Laporan terakhir, ada 265 titik api.
Ada yang melakukan bakti sosial. Kita mendengar warga di wilayah yang terkena bencana asap sudah mulai terjangkit penyakit, salah satunya ISPA, pungkas Syamsul.
Seperti diberitakan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menginstruksikan BNPB mengambil alih penanganan kebakaran di Riau. Presiden menilai Pemprov Riau terlambat dalam antisipasi dan penanggulangan awal kebakaran dalam sepekan terakhir.
Dalam pidato selama 13 menit 25 detik, Presiden tidak menyinggung dampak kebakaran yang dialami warga Riau. Namun, Presiden meminta maaf kepada Malaysia dan Singapura yang terkena dampak asap.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.