"Bukan diusir, tapi dihijrahkan dulu di suatu tempat, direlokasi dan kemarin kami sepakat tempat itu diberikan kepada pengungsi ini," ujar Marzuki di Kompleks Parlemen, Kamis (20/6/2013).
Marzuki mengatakan, dirinya sudah sempat bertemu dengan unsur muspida di Sampang. Di dalam pertemuan itu, Marzuki menyatakan sudah mengusulkan agar para warga Syiah direlokasi dengan tetap diberikan sertifikat tanah dan bangunan di rumah asal mereka sebelum konflik terjadi.
Ia menuturkan, selama ini pengungsi yang hidup di GOR Tennis Indoor justru telah terampas hak asasi manusianya. Dengan demikian, kata Marzuki, para pengungsi akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik ketika direlokasi.
"Di tempat yang baru nanti ada sekolah, rumah dengan kamar yang lebih bagus. Selama ini kan di GOR tidak ada sekolah, anak-anak tidak bisa sekolah, suami istri terkungkung. Relokasi jadi lebih baik," imbuh Marzuki.
Marzuki menjelaskan bahwa para pengungsi tidak perlu khawatir tidak bisa kembali ke kampung halamannya. Ia menyatakan jika hubungan warga Syiah dengan penduduk lokal bisa lebih baik, maka tidak menutup kemungkinan para warga Syiah kembali ke kampung halamannya.
"Nanti kan semakin hari akan ada keluarga yang datang. Jadi pelan-pelan semoga bisa lebih baik," tutur Marzuki.
Direlokasi
Sebelumnya, warga Syiah asal Kabupaten Sampang, Jawa Timur, merasa ditekan karena dipaksa pindah dari GOR Tennis Indoor Sampang. Gedung tersebut telah menjadi tempat tinggal mereka sembilan bulan terakhir.
Iklil Al Milal, pemimpin warga Syiah, mengaku, dirinya sampai subuh dipanggil ke Mapolres Sampang membicarakan soal pemindahan warga Syiah dari penampungan. Di Mapolres, Iklil bertemu dengan sejumlah kiai, perwakilan Kejari Sampang, Wakil Bupati Sampang, dan Bakesbangpol Sampang.
"Karena hari ini ada aksi istigasah, saya diminta pindah sementara ke penampungan di Sidoarjo untuk menghindari kerusuhan, mengingat massanya cukup banyak," tutur Iklil. Semula, dia mengaku tidak keberatan dengan tawaran pemindahan sementara itu. Namun, karena Pemkab Sampang tak bisa memastikan sampai kapan mereka ditempatkan di Sidoarjo, tawaran itu ditolak.
Menurut Iklil, Pemkab Sampang juga menawarkan akan memberikan sertifikat aset-aset kekayaan warga Syiah di Desa Bluuran dan Desa Karang Gayam. Namun, lagi-lagi tawaran itu mentah karena dia merasa Pemkab Sampang tidak konsisten.
"Dulu kami dijanjikan pembuatan sertifikat tanah dan sebagainya. Sekarang juga ditawari demikian dan kami tidak mau diiming-imingi itu lagi karena semuanya hanya dusta belaka. Apalagi waktu pemindahan yang ditawarkan oleh Pemkab Sampang tidak jelas sampai kapan," kata Iklil.
Karena itu, setelah berembuk dengan semua warga Syiah, Iklil memutuskan bahwa mereka memilih bertahan di GOR Tennis Indoor apa pun risikonya. Dia hanya meminta perlindungan kepada Polres Sampang agar tetap menjaga keamanan agar warga Syiah tidak terancam keselamatannya.