Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intinya, Parpol Jangan Menari di Atas Penderitaan Rakyat!

Kompas.com - 16/06/2013, 17:28 WIB
Sandro Gatra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Partai politik diminta tidak mempolitisasi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi untuk menaikkan elektabilitas menjelang pemilu 2014. Menolak kenaikan harga BBM demi elektabilitas, sama saja menari di atas penderitaan rakyat.

"Masyarakat sederhana, mereka keberatan dengan beban baru berupa kenaikan harga BBM. Tapi ini bukan untuk dipolitisasi partai-partai tertentu yang membonceng untuk kepentingan tertentu. Partai punya agenda tersendiri bagaimana meningkatkan elektabilitas. Jadi menari-menari di atas kesengsaraan masyarakat. Ini yang tidak boleh," kata Pengamat Politik LIPI Siti Zuhro di Jakarta, Minggu (16/6/2013).

Siti menyoroti sikap Partai Keadilan Sejahtera yang menolak rencana kenaikan harga BBM. Ia menyebut sikap PKS itu aneh, menggelikan, naif, tidak etis, dan memuakkan. Sebagai bagian dari pemerintah, menurutnya, PKS seharusnya tidak mendua alias ikut mendukung rencana kenaikan harga BBM.

"Kita bukan menghujat PKS, tapi PKS harus introspeksi diri dan seperti ini tidak bagus. Sangat kelihatan kecenderungan oportunisme dari PKS. Kalau posisi PDIP jelas (menolak) tidak apa-apa karena memang harus mengkritisi dan mengawasi kebijakan yang dilakukan pemerintah ," kata Siti.

Ia juga mengkritik sikap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang selalu lamban dalam menyikapi kondisi koalisi. Sejak dibentuk, khususnya di periode ke dua pemerintahan SBY, Siti menilai koalisi tidak memberi pelajaran yang bagus lantaran terus diwarnai gonjang-ganjing.

"SBY bertanggungjawab penuh atas gonjang ganjing di koalisi. Harusnya cepat diatasi. Kalau koalisi seperti sekarang, nanti pemilu 2014 akan mendaur ulang hal yang sama. Kali ini mungkin dia (SBY) akan lakukan itu (keluarkan PKS). Dia tidak punya pilihan lagi kecuali melakukan. Resikonya akan berat," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

    Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

    Nasional
    Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

    Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

    Nasional
    Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

    Ini Status Perkawinan Prabowo dan Titiek Soeharto

    Nasional
    Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

    Bersikukuh Rampas Aset Rafael Alun, Jaksa KPK Ajukan Kasasi ke Mahkamah Agung

    Nasional
    Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

    Pengamat Sebut Kemungkinan Prabowo Gandeng PDI-P Masih Terbuka, Ganjalannya Hanya Jokowi

    Nasional
    Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

    Obituari Tumbu Saraswati, Politikus Senior PDI-P Sekaligus Pendiri TPDI

    Nasional
    Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

    Wakil Ketua KPK Bantah Serang Balik Dewas dengan Laporkan Albertina Ho

    Nasional
    Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

    Nurul Ghufron Gugat Dewas KPK ke PTUN Jakarta

    Nasional
    JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

    JK Puji Prabowo Mau Rangkul Banyak Pihak, tapi Ingatkan Harus Ada Oposisi

    Nasional
    Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

    Mantan Anak Buah SYL Mengaku Dipecat Lantaran Tolak Bayar Kartu Kredit Pakai Dana Kementan

    Nasional
    Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

    Beri Selamat ke Prabowo-Gibran, JK: Kita Terima Kenyataan yang Ada

    Nasional
    DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

    DPR Bakal Kaji Ulang Desain Pemilu Serentak karena Dianggap Tak Efisien

    Nasional
    Komisi II Sebut 'Presidential Threshold' Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

    Komisi II Sebut "Presidential Threshold" Jadi Target Rencana Revisi UU Pemilu

    Nasional
    Nyanyi 'Pertemuan' di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

    Nyanyi "Pertemuan" di Depan Titiek Soeharto, Prabowo: Sudah Presiden Terpilih, Harus Tepuk Tangan walau Suara Jelek

    Nasional
    Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Fraksi Golkar Bakal Dalami Usulan Hakim MK soal RUU Pemilu dan Pembentukan UU Lembaga Kepresidenan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com