JAKARTA, KOMPAS.com - Rakyat diminta tidak memilih calon anggota legislatif yang tidak memiliki pengalaman atau belum pernah berkarir di bidang terkait dengan tugas Dewan Perwakilan Rakyat. Rakyat harus cerdas memilih wakilnya agar DPR periode selanjutnya lebih baik.
"DPR bukan tempat magang, bukan sambil belajar. Di situ pertarungan untuk mempengaruhi kebijakan publik di tingkat nasional," kata Pakar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia Hamdi Muluk di Jakarta, Minggu ( 5/5/2013 ).
Hamdi menyinggung rendahnya pencapaian produk legislasi DPR periode 2009-2014 akibat rendahnya kualitas anggota Dewan. Jika publik kembali memilih caleg tak berkualitas, maka kinerja periode selanjutnya akan sama, bahkan bisa lebih buruk.
Hamdi menambahkan, partai politik seharusnya mendidik terlebih dulu kader atau tokoh yang akan diusung sebagai caleg. Misalnya, mereka terlebih dulu menjadi pengurus partai. "Ini kegagalan parpol melakukan kaderisasi," ucapnya.
Fahmy Badoh aktivis Transparency International Indonesia secara terpisah mengatakan, publik diharapkan tidak lagi memilih anggota Dewan periode 2009-2014 yang tak terlihat kinerjanya. Konstituen juga harus menagih seluruh janji yang pernah disampaikan selama kampanye dulu.
Jerry Sumampow dari Komite Pemilih Indonesia mengatakan, pihaknya tengah menyusun anggota Dewan yang berkinerja buruk. Nantinya, pihaknya akan mempublikasi agar masyarakat bisa menilai.
Seperti diketahui, dari 560 anggota Dewan periode 2009-2014 , ada 507 anggota yang kembali maju dalam Pileg 2014 . Rinciannya, yakni Partai Demokrat ( 133 orang), Partai Golkar (92 orang), PDI Perjuangan (84 orang), Partai Keadilan Sejahtera (57 orang), Partai Amanat Nasional (42 orang), Partai Persatuan Pembangunan (33 orang), Partai Gerindra (24 orang), Partai Kebangkitan Bangsa (26 orang), dan Partai Hanura (16 orang).
Selain mengusung politisi lama, parpol juga mengusung wajah baru dari berbagai latar belakang seperti artis, pengusaha, tokoh masyarakat, tokoh agama, atlet, dan lainnya. Bahkan, ada yang baru lulus dari universitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.