Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kontraktor Chevron: Ahli Kejaksaan Salah Ambil Sampel

Kompas.com - 04/05/2013, 02:27 WIB
Amir Sodikin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Sidang perkara dugaan bioremediasi fiktif PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jumat (3/5/2013)  berlangsung hingga larut malam. Kali ini, Direktur PT Green Planet Indonesia (GPI), Ricksy Prematuri menyampaikan nota pembelaan atau pledoi atas tuntutan jaksa penuntut umum pada Kejaksaan Agung.

Ricksy dituntut pidana penjara 12 tahun, denda Rp 1 miliar subsider kurungan 6 bulan, dan uang pengganti kerugian negara 3,08 juta dollar.

Ricksy tak habis pikir dengan cara kerja kejaksaan yang terkesan pamer kekuasaan dengan didasarkan pada laporan keterangan ahli Edison Effendi. Padahal, Edison memiliki kepentingan dalam kasus ini.

Edison adalah peserta beberapa kali tender di PT Chevron yang tak pernah menang namun dijadikan ahli dalam menguji sampel tanah tercemar, referensi utama menyusun dakwaan, hingga dihadirkan menjadi ahli di persidangan.

Selain Edison, dua ahli lain yang digunakan yaitu Prayitno dan Bambang Iswanto. Hanya saja, keterangan ketiganya dalam Berita Acara Pemeriksaan yang dilakukan penyidik Kejagung, isinya sama termasuk titik komanya, dan mereka juga pernah bekerja di satu perusahaan jasa konsultan pengolahan limbah.

"Sampel diuji di laboratorium dadakan oleh para ahli Kejaksaan yang dipimpin Edison, jelas laboratoriumnya tak terakreditasi dan melanggar peraturan menteri tentang laboratorium lingkungan," kata Ricksy.

Cara sampling yang dilakukan ahli Edison juga menyimpang. Sampling tanah terkontaminasi minyak bumi hanya dilakukan di SBF (Soil Bioremediation Facility) Pematang pada tanggal 11 April 2012. "Padahal kontrak PT GPI dengan PT Chevron telah berakhir 24 Februari 2012," kata Ricksy.

Itu pun, sampling tanah terkontaminasi minyak bumi diambil oleh Kejaksaan di stockpile (empat pengumpulan tanah tercemar) didalam SBF dan di lokasi buangan tanah terkontaminasi minyak yang telah berhasil diolah dengan TPH (Total Petroleum Hydrocarbon) dibawah 1%.

Padahal PT GPI sesuai kontrak melakukan pekerjaan jasa bioremediasi yaitu seluruhnya dilakukan di sel pengolahan didalam SBF, bukan di stockpile apalagi lokasi buangan.

 

Salah ambil sampel

Ahli kejaksaan berkesimpulan pekerjaan bioremediasi nihil, karena salah menguji sampel tanah. "Mereka menguji tanah dari sumber tanah di Minas. "Padahal PT GPI tak pernah bekerja di Minas, melainkan di Sumatera Light North yaitu di Libo, Pematang, dan Mutiara, tiga jam dari Minas," kata Ricksy.

Sampel tanah terkontaminasi minyak bumi sebagai alat bukti diuji pada 13 Juni 2012, yaitu 60 hari sejak sampel diambil dari lapangan di SBF Pematang Duri. Padahal berdasarkan semua referensi yang ada, pengujian harus dilakukan paling lambat 14 hari sejak sampel diambil dari lapangan. "Dengan demikian, hasil pengujian dianggap bias tidak bisa dipertanggungjawabkan," kata Ricksy.

"Sampel tanah terkontaminasi minyak bumi sebagai alat bukti yang di rekayasa ini diuji para ahli Kejaksaan yang tidak obyektif, tidak kompeten, tidak dikenal, dan yang paling menyedihkan adalah peserta tender yang selalu kalah," kata Ricksy.

Menurut Ricksy, Edison tahun 2007 mengikuti tender atas nama PT Sinar Mandau Mandiri, sedangkan pada tahun 2011 dengan membawa bendera PT Putera Riau Kemari.

"Atas dasar apa Kejagung menunjuk Edison Effendi, Bambang Iswanto dan Prayitno sebagai ahli? Padahal mereka tidak tercantum sebagai ahli bioremediasi di KLH atau jadi dewan pakar Bioremediasi," protes Ricksy.

Ketiga ahli juga tidak dikenal oleh Forum Bioremediasi Indonesia dan KLH. Mereka juga bukan ahli yang berpengalaman dalam pemrosesan bioremediasi landfarming di luar lahan (exsitu).

PT Chevron, menurut Ricksy, adalah perusahaan terbesar yang berpengalaman mengelola bioremediasi landfarming exsitu di Indonesia. "Tidak ada satu pun di Indonesia yang mengelola bioremediasi sebesar PT Chevron. Kami lah PT Chevron dan PT GPI yang paling ahli dan berpengalaman mengelola bioremediasi landfarming exsitu di Indonesia," papar Ricksy. (Amir Sodikin)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

    PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

    Nasional
    Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

    Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

    Nasional
    MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

    Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

    Nasional
    Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

    Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

    Nasional
    Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

    Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

    Nasional
    Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

    Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

    Nasional
    FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

    FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

    Nasional
    Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

    Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

    Nasional
    Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

    Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

    Nasional
    Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

    Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

    Nasional
    Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

    Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

    Nasional
    Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

    Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

    Nasional
    Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

    Soal Besaran Tunjangan ASN yang Pindah ke IKN, Pemerintah Tunggu Jokowi

    Nasional
    MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

    MK Bantah Ada Bocoran Putusan Sengketa Pilpres

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com